Sikap Mental Calon Penghafal Al-Qur’an

Sikap Mental Calon Penghafal Al-Qur’an

9 June 2017 Artikel 0

Segala sesuatu yang dilihat, didengar dan dipegang oleh setiap orang tidaklah sama memaknainya. Sehingga misalkan ketika ada sebuah mushaf Al-Qur’an di mata seorang santri yang ada di dalam pikirannya adalah bagaimana cara menghafalkannya. Seorang pedagang akan berfikir bagaimana mendistribusikannya, seorang direktur percetakan akan berfikir bagaimana cara mencetak yang sesuai kebutuhan pasar, seorang ulama konseptor penulis yang hafal Al-Qur’an akan berfikir bagaimana cara membuat konten yang lengkap namun mudah dipelajari. Seorang muslim yang taat beribadah akan berfikir bagaimana cara mempelajarinya agar bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana jika mushaf Al-Qur’an berada di tangan seorang non muslim atau orang munafik?… tentu apa yang ada di dalam pikirannya akan berbeda dengan mushaf Al-Qur’an yang berada di tangan seorang yang beriman kepada kitab sucinya.

Keimanan kepada Al-Qur’an mendorong seseorang untuk mencintai Al-Qur’an dengan sepenuh hati sehingga kecintaan pada Al-Qur’an mendatangkan kecintaan pada Allah Subhanahu Wata’ala dan apabila seorang hamba telah menjadi kekasih Allah Subhanahu Wata’ala maka segala kebutuhan lahir batinnya akan terpenuhi dengan kebahagiaan dunia sampai akhirat.

Sikap mental yang memberdayakan sangat dibutuhkan oleh calon-calon penghafal Al-Qur’an. Bahkan hendaknya calon-calon penghafal Al-Qur’an dituntut untuk mampu menghilangkan semua keyakinan-keyakinan yang memperdayakan yang dapat menjauhkan antara dirinya dengan Al-Qur’an.

Mereka yang tidak berminat menghafal Al-Qur’an akan berfikiran bahwa

  • Ngapain menghafal Al-Qur’an
  • Al-Qur’an itu tebal jadi susah dihafal
  • Al-Qur’an itu hanya bisa dihafal oleh anak-anak
  • Ngafal Al-Qur’an nggak ada waktu
  • Sudah tua susah menghafalkan Al-Qur’an
  • Percuma menghafal Al-Qur’an nanti juga lupa lagi
  • Tidak ada guru yang mau mengajari saya
  • dan berbagai alasan untuk tidak menghafal Al-Qur’an

Sedangkan bagi para pembaca yang dianugerahkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala keinginan untuk menghafalkan Al-Qur’an akan berfikiran yang berbeda.

Betapa benda yang sama tetapi orang yang berbeda akan memiliki persepsi yang berbeda. Oleh karena itu ketika keinginan untuk menghafal Al-Qur’an sudah ada maka tahapan berikutnya adalah bertanya,

  • Bagaimana cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar sesuai dengan yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya?…
  • Bagaimana cara supaya Al-Qur’an yang tebal ini bisa dihafalkan dengan mudah sebagaimana para hafizh hafizhah mudah menghafalkannya?….
  • Benarkah Al-Qur’an bisa dihafalkan oleh segala usia?…. Lalu bagaimana caranya?….
  • Bagaimana cara yang tepat mengatur waktu untuk menghafalkan Al-Qur’an?….
  • Apakah pahala didapatkan dari lancarnya menghafal Al-Qur’an atau dari banyaknya membaca Al-Qur’an?…
  • Apakah dosa orang yang hafal Al-Qur’an kemudian lupa padahal selalu membacanya?…
  • Bagaimana cara saya belajar setiap hari padahal hanya bertemu guru seminggu sekali?…
  • dan berbagai pertanyaan maupun pernyataan yang intinya bergerak menuju cita-citanya mempelajari Al-Qur’an secara keseluruhan

Sekarang para pembaca sudah memiliki gambaran bagaimana orang-orang yang dibukakan oleh Allah dalam hatinya untuk memiliki keinginan untuk mempelajari dan menghafalkan Al-Qur’an disertai pemahaman sehingga termotivasi untuk mengamalkan petunjuk Allah Subhanahu Wata’ala dalam Al-Qur’an.

Informasi dan pendaftaran Karantina Hafal Qur’an Sebulan Whatsapp 081312700100 atau langsung isi formulir online di www.hafalquransebulan.com

Yadi Iryadi
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an
Licensed Neuro Linguistic Programming
Master Coach HypnoTahfizh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

x  Powerful Protection for WordPress, from Shield Security
This Site Is Protected By
Shield Security