API SEJARAH: Ulama dan Santri Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia

API SEJARAH: Ulama dan Santri Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia

18 August 2020 Artikel 0
Api Sejarah Jilid Satu dan Dua

API SEJARAH: Ulama dan Santri Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ahmad Mansur Suryanegara merupakan salah satu sejarawan sekaligus penulis Indonesia kelahiran Maret 1935. Indonesia mengakui bahwa ia merupakan tokoh sejarah yang menceritakan kembali tokoh-tokoh ulama dan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Karya yang monumental berjudul Api Sejarah dan Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam Indonesia.

Ahmad Mansur Suryanegara menelusuri sejarah dari pesantren ke pesantren sehingga didapatkan data perjuangan peran utama umat Islam dalam memerdekakan kemerdekaan Republik Indonesia yaitu atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa.

Salah satu tokoh ulama rujukan sejarah misalnya Aden Kiai Haji Abdullah Bin Nuh, pembina Majlis Al Gozali, Bogor, bukan hanya sebagai sosok Ulama yang menguasai Kitab Kuning melainkan sebagai seorang pelaku sejarah juga sebagai sejarawan yang mampu menuliskan Sejarah sebagai ilmu – History as Written. Analisisnya bertolak dari fakta atau data yang diangkat dari referensi buku-buku yang di dalamnya membahas Sejarah sebagai Peristiwa — History as Actually Happened. Terlalu langka untuk kita jumpai perpaduan dua kemampuan yang dimiliki seorang Ulama dan pembina pesantren, sekaligus sejarawan yang mampu memberikan koreksi terhadap kesalahan penulisan Sejarah Islam Indonesia dalam penulisan Sejarah Indonesia

Wajar apabila ulama mampu menuliskan Islam sebagai ajaran, misalnya kitab fiqih atau tauhid. Akan tetapi, menuliskan Sejarah Islam di Jawa Barat hingga Zaman Keemasan Banten dapat memberikan koreksi terhadap kesalahan penafsiran penulisan sejarah. Ternyata R.K.H. Abdullah bin Nuh memiliki kemampuan dan perhatiannya terhadap penafsiran dan penulisan ulang reinterpretation and rewrite – sejarah Islam Indonesia sama seperti Haji Agus Salim, Prof. Dr. Buya Hamka, Prof, Osman Raliby, dan Prof. Dr. Abubakar Atjeh.

Ahmad Mansur Suryanegara menuliskan sejarah secara ilmiah mengenai Kesoeltanan Banten yang dijadikan contoh Wali Soenan Goenoeng Djati atau Sjarif Hidajatoellah sebagai pembangunnya. Biasanya, dalam menuliskan sejarah Sjarif Hidajatoellah sebagai salah seorang wali dari Wali Sembilan tidak dituliskan wawasan politik-nya dalam membangun tiga kekuasaan politik Islam di Jawa Barat: Banten, Jayakarta, dan Cirebon. Dikisahkan pula Soeltan Baaboellah dari Kesoeltanan Ternate, memiliki garis keturunan dari Sjarif Hidajatoellah.

Selain itu, dituturkan pula bersama Fatahillah sebagai pembangun Jayakarta, 22 Juni 1527 M atau 22 Ramadhan 933 H. Nama Jayakarta diangkat dari Al-Quran Surah 48:1, Inna Fatahna laka Fathan Mubina. Makna Fathan Mubina adalah Kemenangan Paripurna atau Jayakarta. Di kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan Jakarta.

Nama Jayakarta melambangkan rasa syukur kepada Allah atas kemenangannya dalam menggagalkan usaha penjajahan Keradjaan Katolik Portoegis di Pelabuhan Kalapa atau Soenda Kalapa. Kedatangannya sebagai pelaksana Testamen Imperialisme Paus Alexander VI dalam Perjanjian Tordesilas 1494 M. Kisah heroik Wali Sanga memelopori melawan penjajah Keradjaan Katolik Portoegis, terlupakan. Wali Sanga lebih banyak dikenang dengan kisah dongengnya.

Pergantian nama di atas seperti peristiwa sejarah tanpa makna, hanya mengubah nama pelabuhan Kalapa menjadi Fathan Mubina atau Jayakarta, atau Jakarta, 22 Juni 1527 M atau 22 Ramadhan 933 H. Namun, empat ratus tahun kemudian bangkit kembali, Fathan Mubina-]ayakarta-]akarta, dan menjadi nama Iboe Kota Repoeblik Indonesia pada 17 Agoestoes 1945, Djoemat Legi, 9 Ramadhan 1364. Sebelumnya, menjadi nama Piagam Djakarta, 22 Djoeni 1945, Djoemat Kliwon, 1 1 Radjab 1364 H. serta dikukuhkan pula sebagai nama ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia – NKRl,17 Agustus 1950 M, Kamis Pahing, 2 Dzulhijjah 1369 H.

Ternyata, nama Jayakarta sebagai karya salah seorang wali dari Wali Sanga dan bersumberkan Al-Quran dan terjadi bertepatan pada Ramadhan. Nama Fathan Mubina atau Jayakarta sebagai jawaban Ulama dan Santri melawan keputusan Paus Alexander VI dalam Perjanjian Tordesilas, 1494 M, yang memberikan kewenangan Keradjaan Katolik Spanjol dan Portoegis untuk memelopori penegakkan imperialisme atau penjajahan Barat di dunia.

Tanggal 9 Ramadhan 1364 H, seorang Ulama bernama Wachid Hasjim dari Nahdlatoel Oelama, Ki Bagoes Hadikoesoemo dan Mr. Kasman Singodimedjo – keduanya dari Persjarikatan Moehammadijah – bersama pemimpin Islam lainnya, yaitu Mohammad Teoekoe Hasan dari Aceh. Hasil perumusannya dilaporkan kepada Drs. Mohammad Hatta. Kemudian diserahkan untuk disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 18 Agoestoes 1945, Sabtoe Pahing, 10 Ramadhan 1945.

Mungkinkah dasar negara dalam Oendang Oendang Dasar 1945, terumuskan menjadi Negara Berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, dan ditempatkan pada Bab XI Pasal 29 yang berjudul Agama, jika perumus pertama setelah proklamasi bukan Ulama. Ternyata karena Ulama maka bangsa dan negara Indonesia memiliki ideologi Pantjasila dan konstitusi Oendang Oendang Dasar 1945.

Mungkinkah Proklamasi 17 Agoestoes 1 945, Djoemat Legi, 9 Ramadhan 1 364, dibacakan dalam Bahasa Indonesia, jika para wirausahawan dan Ulama sejak abad ke – 1 H / 7 M tidak menjadikan Bahasa Melayu Pasar sebagai bahasa komunikasi niaga dan dakwah antar wirausahawan atau wiraniagawan di pasar, dituliskan dalam HurufArab Melayu, bukan dengan Huruf Pallawa atau Pra Nagari? Kemudian kelanjutannya berubah menjadi Bahasa limu di pesantren dan Bahasa Diplomatik – bahasa hubungan kenegaraan antar kekuasaan politik Islam dengan kerajaankerajaan lain dalam dan luar negeri. Oleh karena itu, satu-satunya bangsa terjajah di Asia Tenggara yang proklamasinya dengan bahasanya sendiri, bukan dengan bahasa penjajah, hanyalah bangsa Indonesia. Dengan kata lain, hanya karena mahakarya Ulama dan Santri bangsa Indonesia memiliki Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.

Mungkinlah bangsa Indonesia memiliki Sang Saka Merah Putih, jika Ulama tidak membudayakan warna Merah Putih yang berasal dari Bendera Rasıılullah Saw? Dihidupkan di tengah masyarakat melalui simbol-simbol budaya: SekapurSirih artinya kapur dan sirih melahirkan warna Merah. Seulas Pinang artinya jika pinang di belah, pasti berwarna Putih. Demikian pula upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih saat pembangunan kerangka atap di bagian suhunan. Merupakan bahasa doa memohon Syafaat dari Rasulullah Saw. Dibudayakan pula dalam upacara saat pemberian nama bayi atau Tabun Baru İslam dengan membuat bubur merah putih.

Bangsa dan negara Indonesia, tidak hanya memiliki bahasa dan bendera, tetapi juga berkat perjuangan Ulama menjadikan Indonesia memiliki Tentara Nasional Indonesia — TNI- pada 5 Oktober 1945, Djoemat Kliwon, 24 Sjawwal 1364. Ada sementara pimpinan nasional saat itu, menolak negara dan bangsa Indonesia punya TNI, mereka ingin negara tanpa tentara. Cukup hanya dengan polisi semata. Mengapa demikian? Karena TNI dibangun dari mantan Tentara Pembela Tanah Air-Peta. Sedangkan 68 Batalyon – Daidan, mayoritas Daidancho – Komandan Batalyon Tentara Peta adalah Ulama. Keinginan penentang pembentukan Tentara Keamanan Rakjat -TKR atau TNI di atas oleh Letnan Djenderal Oerip Soemohardjo dijawab “aneh soeatoe negara zonder tentara.” Konsolidasi selanjutnya, Soedirman mantan Daidancho – Dan Yon Tentara Peta Purwokerto dan guru Moehammadijah, diangkat menjadi Panglima Besar.

Selain itu, jawaban Ulama terhadap Makloemat X 3 November 1945 dalam waktu relatif singkat hanya empat hari sesudahnya, lahirlah Partai Islam Indonesia Masjoemi, 7 November 1945, Rabo Pon, 1 Dzulhidjah 1364. Selain sebagai parpol tercepat lahirnya, terbesar jumlah anggotanya, juga berani mengeluarkan pernyataan: 60 Miljoen Moeslimin Indonesia Siap Berdjihad Fi Sabilillah. Perang di djalan Allah oentoek menentang tiap-tiap pendjadjahan. Pernyataan demikian ini lahir karena Ulama dan Santri merasa berkewajiban melanjutkan perjuangan para Ulama terdahulu, membebaskan Nusantara Indonesia dari segala bentuk penjajahan.

Kemudian karena perjuangan Perdana Menteri Mohammad Natsir sebagai intelektual, Ulama, dan politikus dari Partai Islam Indonesia Masjoemi, Persatoean Islam – Persis, Jong Islamieten Bond – JIB, Partai Islam Indonesia – PII, melalui Mosi Integral, berdirilah Negara Kesatuan Republik Indonesia – NKRI – pada 17 Agustus 1 950, Kamis Pahing, 2 Dzulhidjah 1 369, sebagai jawaban terhadap gerakan separatis.

Angkatan Perang Ratu Adil – APRA pimpinan Westerling di Bandung, Pemberontakan KNIL Andi Aziz di Makasar, dan Republik Maluku Selatan Soumokil di Ambon, yang didalangi oleh van Mook. Sekaligus sebagai jawaban terhadap Proklamasi Negara Islam Indonesia, 7 Agustus 1 949, oleh S.M. Kartosoewirjo. Dengan demikian berakhir pula Republik Indonesia Serikat – RIS – hanya berlangsung dari 27 Desember 1949  1 7 Agustus 1950 M atau 6 Rabiul Awwal i l 369 – 2 Dzulhidjah 1369 H. Berkat perjuangan Ulama maka Republik Indonesia Serikat – RIS diubah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia – NKRI.

Dari fakta sejarah, terbaca betapa besarnya peran kepemimpinan Ulama dan Santri dalam perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dan negara dalam menjawab serangan imperialis Barat dan Timur. Diikuti pula dengan perjuangan Ulama dan Santri mempertahankannya serta membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, tepatlah kesimpulan ESF.E. Douwes Dekker Danoedirdjo Setiaboedhi dari Indische Partij: djika tidak karena sikap dan semangat perdjuangan para Ulama, sudah lama patriotisme di kalangan bangsa kita mengalami kemusnahan.

Daftar Isi Buku Api Sejarah Jilid 1 Edisi Revisi – Ahmad Mansur Suryanegara

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PENERBIT    vii

SEKAPUR SIRIH       xi

REINTERPRETASI DEISLAMISASI SEJARAH INDONESIA  xxvii

DAFTAR ISI  xxxiii

PEMBUKA PERDANA  1

Penyebaran Wirausahawan Arabia  3

Penguasaan Pasar  5

Penemuan Mata Uang Islam  8

Dampak Penyebaran Islam dari Maritim dan Pasar   13

Luas Wilayah Pulau di Indonesia dan Negara Barat  17

Dua Puluh Lima Nabi dan Rasul Pembawa Ajaran Islam 20 Koreksi Al-Qur’an Terhadap Taurat, Zabur dan Injil 22

GERBANG PERTAMA  25

KEBANGKITAN ISLAM DAN PENGARUHNYA DI NUSANTARA INDONESIA  25

Proses Islamisasi Nusantara Melalui Pasar    26

Testamen Penguasaan Kelautan  28

Peta Bumi Nusantara di Abad Kejayaan Islam  30

Profesi Muhammad bin Abdullah Pra Kerasulan       34

Muhammad SAW Diangkat Sebagai Utusan Allah   39

Musuh-musuh Rasulullah SAW  43

Piagam Madinah         45

Pengalihan Arah Kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram  46

Jawaban Perang Untuk Menciptakan Perdamaian  46

Pengangkatan Derajat Wanita Islam  48

Melepaskan Himpitan Nasrani Konstantinopel dan Majusi Persia 51

Pengembangan Daerah Pengaruh Islam         54

Keempat Khalifah Pilihan – Khulafaur Rasyidin 56

Abu Bakar Ash Shidiq (11-13 H / 632-634 M)     56

Umar Ibn Al Khattab (13-24 H / 634-644 M)      57

Usman bin Affan (24-26 H / 644-656 M) 59

Ali bin Abi Thalaib (36-41 H / 656-661 M)   63

Khilafah Ummayah I dan II  65

Khilafah Abbasiyah  68

Khalifah Fatimiyah    72

Kesultanan Turki        72

Perang Dinasti Genghis Khan dalam Penyebaran Agama Islam       75

Kelahiran dan Pengaruh Mazhab Fikih  84

Pengaruh Islam Terhadap Bangsa Arab , Mogol, dan Barat  86

Eksistensi Kesultanan Turki (1055-1924)      88

Nusantara Indonesia Dipersimpangan Khilafah Islam  89

GERBANG KEDUA  93

MASUK DAN PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI NUSANTARA INDONESIA  93

Dakwah Rasulullah saw Menghadapi Lawan 94

Masuknya Agama Islam ke Nusantara  99

Teori Gujarat Prof. dr. C. Snouck Hurgronje  101

Teori Makkah Prof. dr. Buya Hamka  101

Teori Persia Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat           102

Teori Cina Prof. Dr. Slamer Muljana  102

Teori Maritin N.A. Baloch  104

Perkembangan Kekuasaan Politik Islam  105

Perkembangan Tasawuf  105

Sumber Eksternal  106

Pengembangan Islam di Nusantara Indonesia            117

Kebangkitan kekuasaan Politik Islam  121

Toleransi Beragama  123

Budaya Masyarakat Non Muslim      124

Dongeng Media Pemecah Belah 125

GERBANG KETIGA  129

JAWABAN KEKUASAAN POLITIK ISLAM TERHADAP TANTANGAN IMPERIALISME BARAT  129

Multi Strategi Rasulullah saw Penciptaan Pembaharuan       130

Nilai keagungan Pernikahan  131

Landreform Kaum Anshor  132

Tiga Kategori Sikap Beriman, Kafir dan Munafik 132

Kewajiban Bela Negara  133

Jawaban Rasulullah saw Terhadap Tantangan Kehidupan    134

Jawaban Islam Terhadap Imperialisme Barat 140

Kekuasaan Politik Islam di Timur Tengah Pasca Rasulullah saw  144

Kekuasaan Politik Islam di Luar Jazirah Arabia        146

Pengaruh Turki Terhadap Dinasti Genghis Khan      146

Pengaruh Islam Terhadap Arab, Turki, Mongol dan Cina     149

PERKEMBANGAN KEKUASAAN POLITIK ISLAM DI NUSANTARA             149

Pengaruh Pernikahan Islami Prabu Siliwangi Terhadap Dinastinya 150

Pasar, Pesantren, dan Kekuasaan Politik Islam          154

Perkembangan Imperialisme Barat  158

Perlawanan Bersenjata Terhadap Imperialis Katolik Portugis  160

Pemindahan Perang Katolik Kontra Protestan di Eropa ke Nusantara          162

Lahirnya Imperialisme Modern, Komunisme dan Zionisme  165

Pengaruh Revolusi Protestan terhadap Kelahiran Amerika Serikat  171

Imperialism Kuno Katolik dan Imperialisme Modern Protestan       174

Pemberlakuan Ordonansi Agama 1651 di Indonesia 177

PERANG AGAMA SEGITIGA DI NUSANTARA INDONESIA  178

Perlawanan Bersenjata Pribumi Islam Terhadap Penjajah VOC       181

Pembunuhan Cina oleh VOC di Batavia (1740)        188

Dampak Perang Napoleon di Nusantara Indonesia                190

Penduduk Perancis dan Inggris di Pulau Jawa                       194

Perlawanan Bersenjata Pra dan Masa Tanam Paksa  201

Keuntungan Tanam Paksa bagi Keradjaan Protestan Belanda          210

Upaya Penjajah Mematahkan Pendukung Ulama      210

Prangreh Pradja Kontra Ulama dan Santri  211

Ketergantungan Pangreh Pradja Terhadap Taokeh    213

Gerakan Politik Kaum Tarekat  214

Pembangunan Tata Kota Penjajah di P. Jawa 220

Residensi Hunian Penjajah Belanda  222

Kereta Api Sebagai Benteng Stelsel Penjajah            224

Departemen Perang Penjajah di Bandung  226

Wilayah Hunian Pribumi Muslim  230

Sub Area Hunian dan Sekolah Etnis  232

Strategi Penjajah Pembodohan Pribumi Muslim       233

PERLAWANAN BERSENJATA DI LUAR PULAU JAWA          235

Perang Padri di Sumatera Barat  236

Perang Lampung  236

Perang Banjarmasin  240

Perang Batak  242

Perubahan Peta Politik di Eropa dan Timur Tengah              246

Dampak Perjanjian London 1870 dan Perjanjian November 1871    250

Peringatan Jalaluddin Al Afghany  251

Islam Pembangkit Gerakan Nasionalisme di Indonesia  256

Perang Aceh  260

Perang Snouck Hurgronje dalam Perang Atjeh         272

Pasar Sebagai Gerbang Kebangkitan Nasional          278

GERBANG KEEMPAT  281

ULAMA PEMBANGKIT GERAKAN KESADARAN NASIONAL INDONESIA (1900-1942)  281

Islam Sebagai Simbol Pembangkit Nasionalisme  285

R.A. Kartini Menolak Politik Kristenisasi  285

Pengaruh Karya Pakar Belanda Terhadap kebijakan Politik Penjajahan       292

Perubahan Sistem Politik Penjajahan 308

Tujuan Politik Pendidikan Penjajah  309

Politik Pecah Belah Melalui Pendidikan  310

Middle Onderwijs (Pendidikan Menengah)   313

Hoger Onderwijs (Pendidikan Tinggi)           313

Vakonderwijs (Pendidikan Kejuruan)            314

Target Politik Etis Melemahkan Pengaruh Ulama     315

Upaya Pendangkalan Ajaran Agama dan Perubahan Budaya            316

Pasar Sebagai Arena Kebangkitan Kesadaran Nasional  321

Faktor Eksternal Penyebab Kebangkitan Nasional  325

Gerakan Tasawwuf dan pengaruhnya Terhadap Kebangkitan Nasional

331

Tujuan Trio Politik Pemerintah Kolonial Belanda     334

Pengaruh Gerakan Reformasi di Timur Tengah        336

Gerakan Kontra Nasionalisme di Timur Tengah       339

Islam Sebagai Faktor Utama Pembangkit Kesadaran Nasional Indonesia  343

Keputusan Ahistoris Kabinet Hatta Tentang Harkitnas  344

Kongres BO Menolak Pelaksanaan Tjita2 Persatoean Indonesia  347

Boedi Oetomo pengimbang Djamiatul Choir  351

SJARIKAT DAGANG ISLAM  357

Sarekat Dagang Islamijah Bogor Kontra Sjarikat Dagang Islam Solo  359

SJARIKAT ISLAM  375

Tiga Kota Centraal Sjarikat Islam  384

National Congres Centraal Sjarikat Islam Pertama di Bandung        388

Indie Weerbaar Actie  398

National Congres Centraal Sjarikat Islam kedua di Jakarta   400

Makna Nasionalisme dari Pandangan Sjarikat Islam  401

Penghinaan BO Terhadap Rasulullah saw     401

National Congres Centraal Sjarikat Islam Ketiga di Surabaya          403

Volksraad Sebagai Komidi Omong  404

National Congres Centraal Sjarikat Islam Keempat di Surabaya  408

Politik Pecah Belah  409

Aliran kebatinan Kontra Islam  410

H.J.F.M. Sneevliet Pemecah Belah Sjarikat Islam  412

Konsolidasi Sjarikat Islam  418

Kristenisasi, Kebatinan, Kapitalisme, Komunisme dan Korupsi       419

Sjarikat Islam pelopor Pertama pendiri Partai Politik Islam  420

Koreksi O.S. Tjokroaminoto Terhadap Ajaran Sosialisme   423

PERSJARIKATAN MOEHAMMADIJAH   432

PERSJARIKATAN OELAMA  459

PERGERAKAN TARBIJAH ISLAMIYAH  462

MATLAOEL ANWAR LIL NO  462

NAHDLATOEL OELAMA  462

Kongres Al Islam dan Kongres Luar Biasa  465

Utusan ke Muktamar Khalifah di Kairo         468

Persiapan Muktamar Al Islam Se Dunia        471

Utusan Hijaz dan Hari Lahir Nahdlatoel Oelama      471

Nahdlatoel Wathan Pancor Lombok  473

Problema Taqlid  476

PONDOK PESANTREN MODERN GONTOR        479

PERSATOEAN ISLAM  487

  1. Hassan Menolak Asas Kebangsaan 498

Kesatuan Gerak Juang Jihad  503

KEBANGKITAN JONG ISLAMIETEN BOND-JIB  512

ORGANISASI WANITA, KEPANDUAN, dan PEMUDA  515

COMITE PERSATOEAN INDONESIA        515

  1. SOEKIMAN PSH dan IR. SOEKARNO PNI, PENDIRI P.P.P.K.I 517

MADJLIS OELAMA INDONESIA PERTAMA (1347 H / 1928 M)  519

PENGARUH KONGRES JONG ISLAMIETEN BOND TERHADAP KONGRES PEMOEDA     522

Bahasa Melayu Pasar dan Huruf Arab Melayu          528

Tiga Soempah Pemoeda  529

Sang Saka Merah Putih Bendera Rasulullah saw  531

Kepeloporan Pemuda Pemudi Islam  535

Dr. Soekiman Wirjosandjojo dan Perhimpoenan Indonesia  537

MADJLIS ISLAM A’LA INDONESIA – MIAI  543

PARTAI ISLAM INDONESIA  544

BAPEPPI  547

Penghinaan Parindra terhadap Rasulullah saw           554

Pengaruh Nasionalisme di Timur Tengah Terhadap Gerakan Nasionalisme Islam Indonesia        557

KAII Menjadi KMI  563

Tuntutan Parlemen Berdasarkan Hukum Islam         566

AKTIVITAS ULAMA MENJELANG PERANG DUNIA II            568

MADJELIS RAKJAT INDONESIA  572

Kudeta Mr. Sartono Terhadap MRI    573

PSII, PII, MIAI keluar Dari GAPI dan MRI  573

MASAAKHIR PENJAJAHAN KERADJAAN PROTESTAN BELANDA  574

DAFTAR PUSTAKA  577

INDEKS          587

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

x  Powerful Protection for WordPress, from Shield Security
This Site Is Protected By
Shield Security