Sekarang Bukan Lagi Apa Kata Orang

Sekarang Bukan Lagi Apa Kata Orang

13 November 2019 Artikel Testimoni 0

Dulu kata orang-orang Al-Quran itu petunjuk dan pedoman hidup manusia supaya kita bisa kembali pulang bertemu sang pencipta kelak. Kata orang-orang Al-Quran berisi petunjuk yang  tidak akan membiarkan kita terjerumus dalam kesesatan. Semua kata orang, sebelum akhirnya Allah kasih kesempatan saya bisa berada di Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional. Saya bukanlah seorang yang punya stok hafalan. Jangankan stok hafalan, bahkan mengaji pun bisa dihitung jari. Masih terbata-bata bahkan belum tartil sesuai hukum tajwid. Saya juga bukan santri yang bertahun-tahun di pondok pesantren, bahkan belajar di TPQ pun hanya sejak TK hingga SD kelas 2.

Saya sempat belajar mengaji di rumah, namun sering malas-malasan. Alhamdulillah juga pernah mondok 1 tahun sambil kuliah namun baru belajar kitab dasar dan adab, bahkan ada di tempat ini pun awalnya tidak mendapat restu dari orang tua,

“Kamu bukan guru ngaji, untuk apa ngapalin Quran nanti  jadi beban….”, Sanggah orang tuaku.

Kata orang semua yang terjadi dalam hidup ini, sudah Allah tuliskan di dalam kalam-Nya. Saya bertanya-tanya akan takdir ini. Untuk  biaya di sini pun tidak murah, entah kenapa Allah bolak-balikan hari saya, menggunakan biaya yang sudah ditabung satu tahun lamanya untuk les IELTS persyaratan S2 ditambah meminjam uang Kakak tingkat. Begitu sampai disini terkadang bingung, takut, minder, stres lihat yang lain setoran cepat, menghafal cepat, dan punya stok hafalan.

Para ustadz di karantina tahfizh banyak membantu memecahkan masalah ini. Hingga satu persatu masalah terpecahkan, beberapa hal yang saya lakukan saat itu adalah pertama dengan meminta ridha dari orang tua. Akhirnya di hari ke-5 barulah dapat ridha dan hafalan menjadi lebih lancar. Berikutnya permasalahan tahsin yang diperbaiki hingga satu halaman diulang antara 30 sampai 40 kali baca, disetorkan, baru boleh menghafal dan disetorkan, yang ke-3 keyakinan kalau kita bias, terus bersabarlah & tawakal, muhaffizhah saya sangat sabar dan memotivasi, betapa bersyukurnya saya, beliau tidak pernah letih membimbing. Bahkan ayat-ayat yang bermakna mutiara sering ditandai untuk memberi motivasi.

Para penghafal Al-Quran itulah sebutan orang-orang yang belajar mengenal Allah melalui kalam-kalam-Nya, bukan siapa yang pintar, cepat, dan hebat tetapi siapa yang lebih dulu mengenal, mempelajari dan menghafal.

Tawakal dan sabar adalah kunci kita bisa melewati ujiannya, walau pun terkadang sedih karena butuh waktu lama, tapi inilah tanda cinta Allah kepada kita. Mungkin Allah ingin memberi tahu rahasia langit dan bumi dan menjaga kita agar di jalan yang lurus hingga kembali pulang.

30 hari di sini sering kali saya menangis, ternyata benar semua petunjuk ada di dalamnya mulai dari sejarah nabi, sejarah manusia, adab, dll. Ingin rasanya bisa selesai dan memahami semuanya hingga mengaplikasikannya. Semoga lembaran-lembaran yang sudah di dapat di sini selalu diingat sampai kembali pulang pada-Nya. Semoga kelak bisa menjadi Ahlul Quran dan hafalan 30 juz itu bisa membawa kita kembali dan bertemu sang pencipta, serta menjadi jalan kita berkumpul kembali dengan orang-orang yang kita cintai di surga nanti. Aamiin.

Kini 30 hari telah terlewati, bagi saya  belum mencapai target atau memiliki hafalan sebanyak yang lain, tapi ini adalah nikmat yang luar biasa, begitu lama waktu intens bersama alquran ini. Semoga Allah ridhai hambanya ini bisa memahami dan memasukkan seluruh ayat suci pada hati, otak dan alam bawah sadar ini. Semoga Al-Quran menjadi sahabat di dunia, alam kubur, hingga nanti ayat-ayat ini yang mengantarkan bertemu Allah.

Para penghafal Al-Quran itu dipilih oleh Allah Subhanahu Wata’ala untuk menerima hidayah-Nya. Saya yakin kelak Allah akan memampukan saya agar bisa menyelesaikan ini. Mungkin kali ini Allah ingin  melihat usaha dan tawakal kita, semoga istikamah menjaga Al-Quran dan mengamalkan.

Jumat minggu ke-3 akhirnya Allah menjawab doa dan rintihan saya setiap malam.

“ Ya, Allah jika engkau memilih hamba untuk jadi penghafal Al-Quran, mengapa begitu sulit ? kenapa saya di sini dengan sebanyak ini cobaan.”

Hari itu ketika saya menghubungi mama di hari Jumat via telepon beliau berbicara.

“Mbak, sudah berapa juz ? berapapun yang mbak dapet mama bangga, uyuhan kamu ngapalin quran, bukan pondokan, bukan keluarga yang islami-islami amat, susah enggak ya?, pokoknya ikhtiar yang maksimal, sisanya serahin sama Allah, syukuri yang didapat, nanti sampai rumah ajarin mama ngapalin Quran ya walaupun dikit, mama mau belajar, jangan lupa ajarin papa sama ade ngaji juga…”

Disitulah air mata ini bercucuran, segitu sayangnya Allah sama kami. semoga kelak diistikamahkan dan kami bisa berkumpul kembali di surga Allah. Surga tertinggi melalui bacaan ayat-ayat suci ini di hari akhir nanti, semoga Allah meridhai, aamiin.

Testimoni Alumni Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional

Program 1 bulan Angkatan ke-43

Kawidian Putri Bayu Alam (Cimahi – Jawa Barat)

Mahasiswa Universitas Diponegoro, Pondok Pesantren Nurul Hikmah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

x  Powerful Protection for WordPress, from Shield Security
This Site Is Protected By
Shield Security