Mengolah Mindset Karantina Hafal Al Quran Sebulan

Hafal Quran Sebulan

Mengolah Mindset Karantina Hafal Al Quran Sebulan

30 September 2019 Artikel 0

Berbicara mengenai mengolah mindset karantina hafal Al Quran sebulan maka harus dikenali terlebih dahulu definisi mengenai mindset. Mindset terdiri dari dua kata, yaitu mind dan set. Mind artinya sumber kesadaran yang menghasilkan pikiran, perasaan, ide dan persepsi, menyimpan pengetahuan dan memori. Sedangkan set yaitu keadaan utuh atau solid. Jadi kata Mindset berarti kepercayaan-kepercayaan yang memengaruhi sikap seseorang, berarti sekumpulan kepercayaan atau suatu cara berpikir (pola pikir) yang menentukan perilaku dan pandangan, sikap dan masa depan seseorang, bisa juga berarti sikap mental tertentu atau watak yang menentukan respons atas pemaknaan seseorang terhadap situasi.

Mindset bisa diartikan sebagai pola pikir. Pola pikir ini menentukan tindakan seseorang dalam melakukan sesuatu. Mengenai kemauan melakukannya atau tidak, hal ini tergantung pada mindset-nya. Menghafal Al-Qur’an memerlukan mindset yang memberdayakan agar senantiasa mau terus-menerus menghafalnya.

Mengubah mindset dapat dilakukan dengan cara mengubah sistem informasi yang ada di dalam pikiran bawah sadar manusia. Pikiran manusia bekerja berdasarkan bahasa komunikasi internal yang mempengaruhi persepsi dan perilaku. Komunikasi ini dapat berupa self talk ucapan pada diri sendiri, oleh diri sendiri baik verbal maupun non verbal maupun karena adanya pengaruh dari luar dirinya.

Peta-peta informasi ini disebut juga sebagai Neuro Logical Level (NLL) yang dikembangkan oleh Robert Dilts, rinciannya sebagaimana gambar berikut:

Niat Menghafal Al-Quran

Mengubah Mindset Karantina Hafal Quran Sebulan

Level niat/spiritual merupakan tingkatan tertinggi yang menaungi level informasi di bawahnya. Level spiritual menyimpan informasi mengenai makna keberadaan diri seseorang di dunia, serta peran yang ingin dijalani.

Berkaitan dengan menghafal Al-Qur’an maka level spiritual menyimpan niat mengapa Al-Qur’an Segala perbuatan dinilai berdasarkan niat. Niat ikhlas dalam proses menghafal Al-Qur’an paling penting dilakukan. Selain itu, karena tanpa niat ikhlas maka tidak diakui sebagai ibadah.

Identitas Penghafal Al-Quran

level identitas (identity), yaitu tingkatan yang menyimpan informasi mengenai identitas diri, misi hidup, nilai-nilai inti dalam hidup, siapa dirinya, dan untuk apa dia berada di suatu tempat dan waktu.

Kaitan dengan menghafal Al-Qur’an, yaitu calon penghafal Al-Qur’an harus mengidentitaskan dirinya sebagai orang yang memantaskan diri agar dianggap sebagai penghafal Al-Qur’an baik oleh dirinya sendiri, maupun oleh orang lain, dan terutama penilaian dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Nilai yang Diyakini Saat Menghafal Al-Quran

Level nilai-nilai (value), yaitu mengenai anggapan baik atau buruk. Level nilai ini sebenarnya netral tergantung pada nilai apa yang lebih dahulu ditanamkan dalam pikiran. Apa pentingnya menghafal Al-Qur’an? Jika dianggap penting maka akan menjadi prioritas.

Sedangkan jika tidak menganggap penting maka tidak akan memprioritaskan karena ada hal lain yang dianggap lebih penting. Begitu pula seberapa berharga kegiatan menghafal Al-Qur’an ini? Tentu value seseorang akan lebih memprioritaskan segala sesuatu yang dianggap berharga.

Keyakinan tentang Menghafal Al-Quran

Level keyakinan (beliefs), yaitu mencakup berbagai hal yang diyakini kebenarannya dan menjadi basis dari perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana menghafal Al-Qur’an diyakini sulit atau mudah, belajar menyenangkan atau tidak menyenangkan, semangat atau tidak semangat, keduanya merupakan kebenaran. Kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran yang sifatnya subjektif tergantung keyakinan mana yang diyakini lebih kuat.

Peraturan-peraturan (rule) demikian juga tersimpan pada level keyakinan sehingga harus dipatuhi atau tidak. Misalnya Al-Qur’an memiliki aturan mudah dihafal namun mengapa masih diyakini tidak mudah. Keyakinan apapun tentu masih bisa diubah agar keyakinan yang dipegang adalah keyakinan yang membuat seseorang berdaya untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuannya.

Keyakinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keyakinan yang menghambat (memperdayakan) dan keyakinan yang mendukung (memberdayakan). Dua-duanya merupakan kebenaran baik keyakinan yang mendukung maupun yang menghambat.

Kemampuan Membaca dan Menghafal Al-Quran

Level kemampuan/capability, yaitu kumpulan kemampuan, keahlian, keterampilan, strategi yang digunakan sehari-hari untuk melakukan sesuatu. Seorang penghafal Al-Qur’an tentu harus sudah memiliki kapabilitas dalam membaca Al-Qur’an sesuai kaidah tajwid, selain itu juga harus punya kapabilitas dalam menghafal Al-Qur’an atau bersiap untuk meningkatkan kapabilitasnya di bidang Al-Qur’an dengan terus belajar dan berlatih.

Tindakan Disiplin Menghafal Al-Quran

Level tindakan/action, yaitu suatu perbuatan, perilaku, atau aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan tertentu.

Kebiasaan dalam Membaca Al-Quran

Level kebiasaan behavior, yaitu perilaku spesifik yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu tujuan atau sesuatu yang sudah terbiasa dilakukan. Behavior juga dapat berarti habit, yaitu kebiasaan yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari. Membiasakan diri menghafal Al-Qur’an di karantina tahfizh dalam durasi panjang membuat pola kebiasaan atau membentuk karakter sesuai kebiasaan.

Karakter Penghafal Al-Quran

Level karakter, yaitu adalah watak, sifat, akhlak ataupun kepribadian yang membedakan seorang individu dengan individu lainnya. Karakter merupakan keadaan yang sebenarnya dari dalam diri seorang individu, yang membedakan antara dirinya dengan individu lain.

Lingkungan Kondusif untuk Al-Quran

Level lingkungan/environment, yaitu interaksi seseorang akan menyesuaikan dengan lingkungannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan berpengaruh terhadap diri setiap orang. Setiap kali orang masuk ke sebuah lingkungan maka dia akan menyesuaikan dengan lingkungan tersebut. Hal ini dilakukan agar terjadi kesesuaian antara dirinya dan orang-orang di sekitarnya.

Jika seseorang masuk ke dalam lingkungan tahfizh Al-Qur’an maka otomatis akan terpengaruh ingin menyesuaikan diri, terlebih jika telah didukung oleh level-level di atasnya yang meliputi level spiritual, identitas, keyakinan, nilai-nilai, capability dan perilaku maka lingkungan dapat membentuk seseorang dan kumpulan orang dapat membentuk lingkungan.

Pendaftaran Karantina Hafal Al-Quran Sebulan angkatan ke-61

Ubahlah mulai dari niat, identitas, nilai, keyakinan, kemampuan, tindakan, kebiasaan, karakter, dan lingkungan agar sesuai dengan tujuan menghafal Al-Qur’an. Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional sebagai penyelenggara program Karantina Hafal Quran Sebulan memiliki ikhtiar untuk mengkondisikan mindset penghafal Al-Quran agar mampu menghafal Al-Qur’an dengan sistem akselerasi.

Yadi Iryadi, S.Pd
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran

Daftar Pustaka

Gunawan, Adi W. 2007. The Secret of Mindset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Horton, William D. 2015. Cara Membuat Orang Lain Melakukan yang Anda inginkan dan mereka pikir itu ide mereka, Mind Control Secret. Jakarta: PT Pengembang Lintas Pengetahuan.
Wicaksana, Seta A.; Arief Maulana. 2017. SOBAT WAY Lima Langkah Pasti Meraih Impian Hidup Mengubah Potensi Menjadi Kompetensi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Informasi dan Pendaftaran
Hub. WA +6281312700100

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *