Memahami Hadits tentang Tergesa-gesa Menggerakkan Lidah saat Membaca Al-Qur’an

Hafal Quran Sebulan

Memahami Hadits tentang Tergesa-gesa Menggerakkan Lidah saat Membaca Al-Qur’an

25 March 2024 Artikel 0

Al-Qur’an adalah Kalamullah yang penuh dengan petunjuk dan rahmat bagi umat manusia. Proses turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW merupakan peristiwa luar biasa yang sarat dengan pelajaran berharga. Salah satu hadits yang mengisahkan momen istimewa ini adalah hadits tentang larangan menggerakkan lidah saat membaca Al-Qur’an dengan tergesa-gesa.

Hadits ini diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas, sahabat Nabi SAW yang terkenal dengan keilmuannya. Hadits ini menjelaskan bagaimana Nabi Muhammad SAW terkadang menggerakkan bibirnya ketika menerima wahyu, karena beliau ingin segera menghafal dan menyampaikannya kepada umatnya. Melihat hal tersebut, Allah SWT menurunkan surat Al-Qiyamah yang berbunyi:

“Janganlah engkau gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan membuatmu pandai membacanya.”

Berikut ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ قَالَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ أَبِي عَائِشَةَ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ

فِي قَوْلِهِ تَعَالَى

{ لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ }

قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَالِجُ مِنْ التَّنْزِيلِ شِدَّةً وَكَانَ مِمَّا يُحَرِّكُ شَفَتَيْهِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَأَنَا أُحَرِّكُهُمَا لَكُمْ كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَرِّكُهُمَا وَقَالَ سَعِيدٌ أَنَا أُحَرِّكُهُمَا كَمَا رَأَيْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يُحَرِّكُهُمَا فَحَرَّكَ شَفَتَيْهِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى

{ لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ }

قَالَ جَمْعُهُ لَكَ فِي صَدْرِكَ وَتَقْرَأَهُ

{ فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ }

قَالَ فَاسْتَمِعْ لَهُ وَأَنْصِتْ

{ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ }

ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا أَنْ تَقْرَأَهُ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَلِكَ

إِذَا أَتَاهُ جِبْرِيلُ اسْتَمَعَ فَإِذَا انْطَلَقَ جِبْرِيلُ قَرَأَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا قَرَأَهُ

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Abi Aisyah, ia berkata:

Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas terkait firman Allah ﷻ, “Janganlah engkau gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat ingin (menguasainya).”

Ibnu ‘Abbas berkata: “Dahulu Rasulullah   bilamana menghadapi wahyu (Al-Qur’an) yang turun kepadanya, beliau sangat kewalahan nan kesullitan. Di antaranya, beliau kerapkali  menggerak-gerakkan kedua bibirnya.”

Ibnu ‘Abbas melanjutkan: “Aku akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) kepada kalian sebagaimana Rasulullah melakukannya.”

Sa’id berkata: “Dan aku akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) sebagaimana aku melihat Ibnu ‘Abbas melakukannya.”

Maka di saat Nabi ﷺ menggerakkan kedua bibirnya, turunlah firman Allah ﷻ: “Janganlah engkau gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan membuatmu pandai membacanya.”

Maksudnya, Allah mengumpulkannya di dalam dadamu (untuk dihafalkan) dan kemudian engkau dapat membacanya.

“Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaan tersebut.” Maksudnya, Dengarkan dan diamlah! Kemudian Allah ﷻ berfirman:

“Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” Maksudnya, Dan Kewajiban Kamilah untuk menjelaskan, (sehingga engkau dapat membacanya tanpa kesalahan). Maka Rasulullah ﷺ sejak saat itu bila Jibril ‘Alaihissalam datang kepadanya, beliau mendengarkannya.

Dan Ketika Jibril ‘Alaihissalam telah pergi, maka beliau ﷺ dapat membacanya sebagaimana Jibril ‘Alaihissalam membacanya.

Hadits riwayat Bukhari nomor 4, versi nomor 5 menurut kitab Fathul Bari. Hadits tersebut mengandung beberapa pelajaran penting, di antaranya:

1. Kepercayaan kepada Allah SWT: Allah SWT berjanji kepada Nabi Muhammad SAW bahwa Dia akan mengumpulkannya di dalam dada beliau dan membuatnya pandai membacanya. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT mengetahui segala kelemahan manusia dan selalu memberikan solusi terbaik.

2. Kesabaran dan Ketaatan: Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk bersabar dan tidak tergesa-gesa dalam menerima wahyu. Hal ini menunjukkan pentingnya kesabaran dan ketaatan dalam menjalankan perintah Allah SWT.

3. Keistimewaan Al-Qur’an: Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang memiliki keistimewaan dan kemuliaan yang tinggi. Oleh karena itu, membacanya harus dilakukan dengan penuh ketenangan dan ketaatan.

4. Peran Nabi Muhammad SAW: Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT yang bertugas menyampaikan wahyu kepada umat manusia. Beliau adalah teladan terbaik dalam memahami dan mengamalkan Al-Qur’an.

5. Pentingnya Tadabbur Al-Qur’an: Hadits ini juga mengingatkan kita untuk merenungkan dan memahami makna Al-Qur’an dengan seksama. Tidak hanya terburu-buru membacanya, tetapi juga memahami kandungannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hadits ini merupakan salah satu contoh bagaimana Allah SWT memberikan petunjuk dan rahmat kepada umat manusia melalui Al-Qur’an. Dengan memahami dan mengamalkan kandungannya, kita dapat meraih kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

Aplikasi pada Metode Menghafal Al-Quran di Karantina Tahfizh Al-Quran.

  • Apabila ada ayat-ayat Al-Quran yang sedang dihafalkan maka tidak perlu tergesa-gesa dalam membacanya. Melainkan lihat saja dulu tulisan dalam mushaf, apabila sudah hafal 4 kata atau 4 kalimah maka bacalah ayat tersebut secara berulang sampai lancar. Apabila belum hafal maka lihat saja tulisannya lalu ingatan terhadap tulisan tersebut dibaca berulang dalam hafalan.
  • Apabila menghafal Al-Quran menggunakan suara maka tidak perlu tergesa-gesa mengulang hafalan. Perhatikan dan dengarkan bagaimana suara Al-Quran tersebut dibacakan. Apabila sudah hafal maka ikutilah bacaan tersebut sampai hafal.
  • Memahami tadabbur terjemah juga tidak perlu tergesa-gesa, cukup pahami makna secara globalnya terlebih dahulu barulah kemudian dipahami kata per kata. Hal ini bisa terbantu dengan Al-Quran Yadain terjemah per kata dan teknik Visualisasi Tadabbur.

Pertanyaan untuk refleksi:

  • Bagaimana cara kita menunjukkan kepercayaan kepada Allah SWT saat membaca Al-Qur’an?

Bacalah dengan penuh keyakinan bahwa ini adalah Kalamullah yang sudah dijamin kemudahannya. Apabila terjadi kesulitan maka lihat mushaf saja dan lihat sampai hafal. Jika sudah hafal maka bacalah secara berulang tanpa tergesa-gesa. Membaca cepat boleh saja, tetapi tergesa-gesa inilah yang tidak boleh. Para penghafal Al-Quran hendaknya bisa membedakan mana bacaan yang cepat (hadr) dan bacaan yang tergesa-gesa.

  • Apa saja manfaat yang dapat diperoleh dengan membaca Al-Qur’an dengan tenang dan penuh ketaatan?

Menghafalkannya tidak akan kebingungan dan tidak melelahkan karena tidak perlu melibatkan pemikiran yang berat, melainkan cukup lihat mushaf atau dengarkan suara ayat lalu apabila sudah hafal maka baca saja hafalan tersebut.

  • Bagaimana cara kita meneladani Nabi Muhammad SAW dalam memahami dan mengamalkan Al-Qur’an?

Metode menghafal Al-Quran yang paling efektif tentu dengan cara meniru bagaimana  Rasulullah dan para shahabatnya menghafalkan Al-Quran.

  • Apa saja langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan pemahaman kita terhadap Al-Qur’an?

Membaca tadabbur terjemah akan menjadi alternatif bagi santri yang belum mempelajari ilmu nahwu sharaf. Bahkan Surah Al-Baqarah terdiri dari 80% kosakata Al-Quran dan ini akan menjadi kemudaan manakala bertemu ayat mirip atau sama.

  • Bagaimana cara kita menerapkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari?

Menerapkan petunjuk Al-Quran sebaiknya dilakukan dengan cara konsultasi atau belajar dengan orang-orang ahli di bidang Ulumul Quran. Hal ini bertujuan supaya tidak menyimpang dari pemahaman ulama terdahulu dari berbagai aspek yang terkandung dalam Al-Quran.

Semoga artikel ini dapat membantu kita memahami makna dan hikmah di balik hadits tentang larangan menggerakkan lidah saat membaca Al-Qur’an dengan tergesa-gesa. Dengan mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an, kita dapat meraih kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Yadi Iryadi, S.Pd.
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an

Informasi dan pendaftaran

www.hafalquransebulan.com

WhatsApp https://wa.me/6281312700100

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

x  Powerful Protection for WordPress, from Shield Security
This Site Is Protected By
Shield Security