Talaqqi Adalah Cara Menghafal Al Quran Rasulullah

Talaqqi Adalah Cara Menghafal Al Quran Rasulullah

15 November 2019 Artikel 0
Menghafal Quran di pusat karantina tahhfizh al-quran nasional

Talaqqi adalah proses menghafal Al Quran dihadapan guru yang sudah hafal Quran secara berhadapan. Talaqqi adalah cara menghafal Quran terbaik, karena seperti itu pula yang dilakukan Rasulullah bersama Malaikat Jibril.

Apa itu Talaqqi?

Agar menjadi seorang hafizh atau penghafal Al-Quran, maka banyak pilihan metode. Inti dari semua metode menghafal Al-Quran yaitu mengulang bacaan Al-Quran sehingga mampu disimak bacaan hafalan tanpa melihat mushaf.

Metode Talaqqi adalah proses menyetorkan hafalan di hadapan guru/ustadz/muhaffizh yang tentunya sudah terlebih dahulu hafal Al-Quran. Cara ini merupakan proses yang sudah turun temurun sejak awal diturunkannya wahyu Al-Quran. Upaya talaqqi hafalan Al-Quran dimaksudkan agar bacaan Al-Quran senantiasa lestari tanpa ada perubahan sampai akhir zaman. Saat talaqqi di hadapan guru maka bacaan Al-Quran akan dikoreksi sampai benar sebelum hafalan dihafalkan.

Talaqqi adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab dari kata “laqia” لَقِيَ artinya berjumpa atau bertemu. Adapun “talaqqi/talaqqo”التَّلَقِي /تَلَقَّى  talaqqi artinya pertemuan, menemui/menjumpai yang juga bermakna saling bertemu. Maksud talaqqi adalah belajar secara langsung secara berhadapan dengan guru yang mengajar. Kata “talaqqi” تَلَقَّى – يَتَلَقِّي talaqqi adalah menerima, mengambil, atau mendapatkan. Pada intinya metode talaqqi adalah cara belajar anak mengaji secara langsung di hadapan seorang guru ngaji.

Saat seorang anak mengaji, maka guru mencontohkan bacaan Al-Quran dengan makhraj yang benar kemudian anak didik mengikuti bacaan guru dan mengoreksi apabila ada ketidaktepatan dalam pengucapan. Keunggulan proses talaqqi adalah memudahkan murid menghafal Al-Quran dengan baik dan benar karena guru dapat mengoreksi bacaan murid secara satu persatu sehingga lebih teliti.

Talaqqi adalah upaya agar hafalan Al-Quran tersambung pada Rasulullah melalui empat orang sahabat nabi berdasarkan pada Hadist bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Ambillah bacaan Al-Quran itu dari empat orang, yaitu: Abdullah Ibnu Mas’ud, Salim, Mu’az bin Jabal dan Ubai bin Ka’ad” (HR. Bukhari).

Ada pula hadits bahwa biasanya Jibril mendatangi Rasulullah untuk menyampaikan wahyu, dan pada bulan Ramadan. Malaikat Jibril datang untuk mereview hafalan atau yang disebut dengan muraja’ah. Talaqqi adalah cara menghafal Al Quran terbaik yang dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaii Wasallam.

Talaqqi adalah musyafahah artinya dari mulut ke mulut. Dalam metode ini, murid memperhatikan gerak bibir sang guru agar mendapatkan pelafalan dengan makhraj yang benar.

Praktik talaqqi adalah sebuah cara belajar mengajar Al-Quran dari Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Kemudian dari sahabatnya itu diteruskan pada anak-anaknya, sampai berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya sampai saat ini.

Keutamaan Talaqqi Tahfidz Quran

Apabila umat Islam mengingat keutamaan-keutamaan hafal Al-Quran pasti ingin menjadi bagian dari seorang penghafal Al-Quran. Tahfizh Al-Quran merupakan sarana ibadah yang paling mudah dan cepat mengumpulkan pahala untuk mendapatkan Ridha Allah Subhanahu Wata’ala. Allah akan mencintai para penghafal Al-Quran bahkan menjadikan sebagai keluarga dan orang yang dikasihi-Nya. Kemuliaan di dunia dan akhirat akan didapatkan oleh penghafal Al-Quran disebabkan karena bacaan dan mengikuti petunjuk di dalamnya. Talaqqi adalah upaya agar bacaan Al-Quran menjadi pahala jariyah bagi guru-guru yang mengajarkan murid-muridnya.

Setiap huruf dari Al-Quran bernilai 10 pahala kebaikan. Derajat surga bagi para penghafal Al-Quran adalah setiap ayat menaikkan derajat surganya. Sehingga pada akhir ayat yang dibaca itulah tempatnya. Orang yang menghafal Al-Quran akan senantiasa menaikkan derajat surga melalui bacaan Al-Quran dalam setiap muraja’ahnya.

Talaqqi Adalah Cara Menghafal Al Quran Rasulullah

Pada mulanya Al-Quran diajarkan pertama kali oleh malaikat Jibril ‘Alaihis Salam kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam di gua Hira’. 

Berdasarkan hadits yang dinukil dari kitab shahih Al-Bukhari, surat yang pertama kali diajarkan kepada beliau adalah surat Al-‘Alaq. Beliau diajarkan Al-Quran langsung oleh malaikat Jibril ketika sedang bertahannuts di Gua Hira’. Di saat itulah beliau diangkat menjadi seorang Nabi.

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, bahwa Aisyah Ummul Mukminin menceritakan:

أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الخَلاَءُ، وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ – وَهُوَ التَّعَبُّدُ – اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ العَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ، وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا، حَتَّى جَاءَهُ الحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ، فَجَاءَهُ المَلَكُ فَقَالَ: اقْرَأْ، قَالَ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، قَالَ: ” فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، قُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، فَقُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: {اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ} [العلق: 2] الحديث

Artinya: Pertama kali wahyu yang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh Kemudian Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri.”

“Lalu Beliau memilih gua Hiro dan bertahannuts yaitu ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna  mempersiapkan bekal untuk bertahannuts kembali.”

“Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai akhirnya datanglah Al-Haq saat Beliau berada di gua Hiro, Malaikat datang seraya berkata : “Bacalah!”

Beliau menjawab : “Aku tidak bisa baca”

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan (padaku) :

Lalu Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat  kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi : “Bacalah!”

Beliau menjawab : “Aku tidak bisa baca”

Maka Malaikat itu memegangku  dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi : “Bacalah!”

Beliau menjawab : “Aku tidak bisa baca”

Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku, dan berkata lagi : (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah).”

Ada pula diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: 

بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنَ السَّمَاءِ، فَرَفَعْتُ بَصَرِي، فَإِذَا المَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، فَرُعِبْتُ مِنْهُ، فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ: زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي ” فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا المُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنْذِرْ} [المدثر: 2] إِلَى -[8]- قَوْلِهِ {وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ} [المدثر: 5]. فَحَمِيَ الوَحْيُ وَتَتَابَعَ تَابَعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، وَأَبُو صَالِحٍ، وَتَابَعَهُ هِلاَلُ بْنُ رَدَّادٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، وَقَالَ يُونُسُ، وَمَعْمَرٌ بَوَادِرُهُ

Artinya: “Suatu ketika, saat aku sedang berjalan aku mendengar suara dari langit, aku memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah datang kepadaku di gua Hiro, ia duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan  dan  pulang, dan berkata: “Selimuti aku. Selimuti aku”.

“Maka Allah Ta’ala menurunkan wahyu: (Wahai orang yang berselimut) sampai ayat (dan berhala-berhala tinggalkanlah). Sejak saat itu wahyu terus turun berkesinambungan.”

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abdullah bin Yusuf dan Abu Shalih juga oleh Hilal bin Raddad dari Az Zuhri. Dan Yunus berkata; dan Ma’mar menyepakati bahwa dia mendapatkannya dari Az Zuhri.

Al-Quran diajarkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam secara langsung oleh Jibril ‘alaihissalam.

Hikmah kisah di atas bahwa ternyata Al-Quran tidak diturunkan dengan wujud mushaf sebagaimana yang kita pegang saat ini.

Justru, Al-Quran diajarkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dengan cara talaqqi. Hal ini menunjukkan bahwa ashlut talaqqi adalah cara asli belajar Al-Quran yaitu dengan menghafalkannya di hadapan guru.

Al Quran diturunkan secara berangsur angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari menurut suatu riwayat, yaitu mulai malam tanggal 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 Hijriyah.

Al-Quran tidak diturunkan sekaligus secara sempurna dalam satu waktu. Hal ini bertujuan agar Allah dapat menetapkan Al-Quran di dalam hati beliau dan para sahabatnya.

Hal ini menunjukkan bahwa Al-Quran lebih baik dihafalkan dalam jiwa setiap mukmin. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

 وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا

Artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (Q.S Al-Furqan : 32).

Rasulullah belajar Al-Quran melalui malaikat Jibril. Jarak antara Rasulullah dan Jibril ketika belajar yaitu:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى

 dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al Quran) menurut keinginannya.

 اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ

 Tidak lain (Al Quran itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),

 عَلَّمَهُ شَدِيْدُ الْقُوٰىۙ

 yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,

 ذُوْ مِرَّةٍۗ فَاسْتَوٰىۙ

 yang mempunyai keteguhan; maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa).

 وَهُوَ بِالْاُفُقِ الْاَعْلٰىۗ

 Sedang dia berada di ufuk yang tinggi.

 ثُمَّ دَنَا فَتَدَلّٰىۙ

 Kemudian dia mendekat (pada Muhammad), lalu bertambah dekat,

 فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ اَوْ اَدْنٰىۚ

 sehingga jaraknya (sekitar) dua busur panah atau lebih dekat (lagi).

 فَاَوْحٰىٓ اِلٰى عَبْدِهٖ مَآ اَوْحٰىۗ

 Lalu disampaikannya wahyu kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah diwahyukan Allah.

Proses Talaqqi Hafalan Al-Quran

Berikut ini merupakan proses  talaqqi hafalan Al-Quran yang biasanya dilakukan oleh anggota halaqah tahsin yaitu proses memperbaiki bacaan Al-Quran sambil sedikit demi sedikit ayatnya dihafalkan.

  1. Bentuk sekelompok orang terdiri dari 8-10 orang atau maksimal 13 orang yang biasa disebut dengan halaqah.
  2. Muhaffizh atau guru tahfizh duduk dikelilingi oleh 8-10 orang anggota halaqah.
  3. Muhaffizh membacakan ayat Al-Quran dengan baik dan benar sesuai dengan tajwid dan makharijul huruf yang tepat.
  4. Anggota halaqah menirukan bacaan Al-Quran
  5. Satu persatu anggota halaqah disuruh untuk membaca Al-Quran secara bergiliran dan bacaan dikoreksi ketepatan pengucapan berdasarkan hukum tajwidnya.
  6. Muhaffizh menugaskan untuk menghafal beberapa ayat Al-Quran yang sudah ditashih (diperiksa tepatan) bacaannya.
  7. Hafalan Al-Quran dihafalkan per 5 ayat atau per 10 ayat pendek pada Juz ‘Amma.
  8. Muhaffizh mengecek bacaan hafalan yang sudah dihafalkan oleh anggota halaqah.

Apabila murid sudah mampu membaca Al-Quran sesuai kaidah tajwid maka proses menghafal Al Quran dapat dilakukan secara mandiri kemudian hafalan disimak oleh Muhaffizh atau Muhaffizhah.

Talaqqi adalah proses menghafal Al-Quran yang dilakukan melalui bimbingan intensif bersama guru. Rasulullah pun belajar langsung dengan malaikat Jibril. Kemudian Rasulullah mengajarkan kepada para sahabat, dari sahabat inilah kemudian mengajarkannya kepada para tabi’in, tabiut tabi’in, para ulama, hingga saat ini sampai pada kita yang berharap ingin dianggap sebagai umat Rasulullah.

Proses menghafal Al-Quran di karantina tahfizh dilakukan melalui talaqqi adalah kegiatan menyimakkan hafalan Al-Quran yang sudah dihafalkan. Dengan intensitas yang terus menerus maka proses menghafal Al-Quran bisa diawali dengan menyetorkan hafalan 30 juz terlebih dahulu dalam waktu satu bulan, kemudian memuraja’ahnya sambil aktivitas kehidupan sehari-hari. Informasi dan pendaftaran calon peserta karantina tahfizh selalu dibuka setiap saat. Sedangkan mengenai jadwalnya bisa memilih sesuai dengan keluangan waktu dan jadwal yang telah disediakan.

Definisi Tasmi’ dan Mutqin

Setelah Talaqqi dihadapan guru Al-Quran maka murid menghafalkan ayat tersebut secara mandiri. Saat murid sudah hafal maka dilakukan Tasmi’.

Tasmi’ yaitu dari bahasa Arab asal kata سمع يسمع sami’a yasma’u. Tasmi’ adalah memperdengarkan. Secara istilah dalam bidang menghafal Al-Quran, tasmi adalah memperdengarkan bacaan hafalan Al-Quran di hadapan guru agar dikoreksi ketepatan dalam hafalan dan pengucapan.

Adapun definisi hafalan Mutqin secara bahasa artinya kuat, melekat, dan benar. Agar hafalan Al-Quran bisa mutqin maka memerlukan usaha yang berkelanjutan dalam muraja’ah. Setelah proses menghafal Al-Quran, tahapan berikutnya yaitu mutqin yakni untuk lebih memantapkan ayat per ayat, baik dari segi lafadz, makna, serta implementasi isi kandungan dalam kehidupan.

Yadi Iryadi, S.Pd
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an

Informasi dan pendaftaran
www.hafalquransebulan.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *