12 Sahabat Rasul Menangis ketika Membaca Al-Qur’an

12 Sahabat Rasul Menangis ketika Membaca Al-Qur’an

9 June 2017 Artikel 0

Bagaimana para shahabat Nabi menangis ketika membaca ayat Al-Qur’an. Berikut ini akan disajikan beberapa kisah shahabat nabi diantaranya Abu Bakar Ashiddiq, Umar Bin Khattab, Abdurrahman bin Auf, Aisyah, Abu Hurairah, Abdullah bin Rawahah, Tsabit bin Qais, Tamim Ad-Dari, Abdullah bin Umar, Ibnu Abbas, Abdullah bin Hanzhalah, Najasyi atau Negus.

Abu Bakar Ashiddiq

Beliau adalah seorang Khalifah Rasulullah dan shahabat beliau yang paling dicintai. Abu Bakar adalah satu-satunya yang menemani beliau saat berada di dalam gua. Nama aslinya adalah Abdullah bin Abu Quhafah, Utsman bin Amir bin Amru bin Ka’ab, bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay Al-Quraisyi At-Tamimi. Dia adalah laki-laki dewasa pertama yang beriman kepada Rasulullah. Prestasinya di era kenabian dan masa kekhilafahannya terlalu agung untuk disebutkan disini.

Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya meriwayatkan dari Ibnu Syihab dari Hamzah bin Abdullah bahwa dia pernah diberitahu oleh ayahnya, ketika sakit yang diderita Rasulullah semakin berat dan beliau diberitahu akan tibanya waktu shalat beliau bersabda, “Suruhlah Abdu Bakar untuk mengimami shalat orang-orang.” Aisyah berkata, “Sesungguhnya Abu Bakar itu seorang yang sensitif, Jika membaca Al-Qur’an dia tidak kuasa menahan tangisnya”. Beliau bersabda, “Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami shalat.” Aisyah tetap membujuk beliau (supaya menunjuk shahabat lain), namun beliau bersabda, “Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami shalat, kalian ini seperti saudara-saudaranya Yusuf saja.”

Rasulullah justru memilih menjadi imam shalat yaitu Abu Bakar yang mudah menangis ketika membaca Al-Qur’an.

Umar Bin Khattab

Beliau bergelar Al-Faruq seorang pengganti khalifah Rasulullah seorang laki-laki yang dengannya Allah menjadikan Islam gilang-gemilang. Dialah Syahidul Mihrab (yang gugur sebagai syahid di Mihrab). Umar bin Khathab bin Nufail bin Abdul Uzza bi Riyah bin Abdullah bin Qurath bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Ghalib Al-Quraisyi Al-Adawi, Abu Hafs, Amirul Mukminin. dialah orang pertama yang dipanggil dengan Amirul Mukminin. Di masa kekhalifahannya banyak negeri dibebaskan dari kemusyrikan. Keutamaannya sangat banyak. Abu Bakar dan Umar merupakan dua orang wazir serta menteri Rasulullah dan keduanya adalah tertua dari para pemuka penghuni surga.

Abdullah bin Syidad berkisah, “Saya pernah mendengar suara sesegukan umar saat membaca ayat:

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: (Ya’qub menjawab) “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya”. (QS. Yusuf: 86)

padahal aku berada di shaf paling belakang.”

Ibnu Umar berkata, “Aku pernah mengerjakan shalat di belakang Umar dan kudengar isak tangisnya dari shaf ketiga.” Ubaid bin Umair juga berkata, “Umar pernah mengimami kami shalat Fajar (Shubuh). Umar membaca surah Yusuf dai awal dan sampai ayat ke 84 Umar menangis sampai terputus (bacaannya). Lantas dia ruku’.”

Abdurrahman bin Auf

namanya adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdu Auf bin Abad bin Haris bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay Al-Quraisyi Al-Zuhri. Panggilannya Abu Muhammad. Beliau adalah salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga dan salah seorang dari enam orang Ahlusyura yang dibentuk oleh Umar bin Khathab.

Beliau juga salah seorang dari delapan orang yang pertama masuk Islam. Beliau pun turut serta dalam perang Badar. Sa’ad bin Ibrahim bertutur, “Seseorang mengantarkan makan malam Abdurrahman bin Auf saat siangnya dia berpuasa. Saat itu dia membaca:

إِنَّ لَدَيْنَا أَنْكَالا وَجَحِيمًا (١٢) وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَعَذَابًا أَلِيمًا (١٣)

Artinya: “Sungguh di sisi Kami ada belenggu-belenggu (yang berat) dan neraka yang menyala-nyala, dan (ada) makanan yang menyimbat di kerongkongan dan azab yang pedih.” (Al-Muzammil:12-13).

Abdurrahman bin Auf menangis dan terus menangis sampai makanannya di bawah ke belakang lagi. Dia tidak makan malam padahal siangnya berpuasa.

Aisyah Radiyallahu Anha

lengkapnya Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq Al-Quraisyiyah At-Tamimiyah Al-Makkiyah, isri Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan wanita yang paling memahami urusan agama secara mutlak.

Ani Dhuha meriwayatkan dari seseorang yang mendengar dari Aisyah, saat dia membaca ayat:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ ….

Artinya: “dan hendaklah kamu tetap di rumahmu …” (QS. Al-Ahzab: 33)

Dia menangis sampai kerudungnya basah.

Abu Hurairah

bergelarnya adalah Al-Imam Al-Faqih Al-Mujtahid Al-Hafizh, Abu Hurairah Ad-Dausi Al-Yamaniy, penghulu para hafizh yang terpercaya. Mengenai namanya ada banyak pendapat. Adapun riwayat yang paling kuat menyebutkan, namanya adalah Abdurrahman bin Shakhr Radiyallahu ‘Anhu.

Sulaiman bin Muslim bin Jammaz menyatakan pernah mendengar Abu Ja’far menyampaikan bahwa saat Abu Hurairah membaca surah At-Takwir dia bersedih seakan-akan ditinggal mati kerabatnya.

Abdullah bin Rawahah

Abdullah bin Rawahah bin Tsa’labah, Abu Amru Al-Anshari Al-Khazraji Al-Badri An-Naqib Asy-Sya’ir, turut serta dalam perang Badar dan Bai’at Aqabah. Beliau gugur sebagai syahid saat menjadi panglima perang.

Bakar bin Abdullah Al-Mizni berkata, “Setelah turunnya ayat:

وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ

Artinya: “dan tidak ada seorang pun dari kalian yang tidak melewatinya (neraka).” (QS. Maryam: 71)

Abdullah bin Rawahah Al-Mizni pulang ke rumah dan menangis. Istrinya datang karena melihat suaminya menangis dia ikut menangis. Pembantunya datang melihat keduanya menangis dia juga ikut menangis. Seluruh penghuni rumah datang dan semuanya pun menangis.

Setelah tangisnya reda Abdullah bin Rawahah bertanya, “Wahai keluargaku, apa yang membuat kalian menangis?” Mereka menjawab, “Kami tidak tahu, kami melihatmu menangis maka kami ikut menangis.”
Abdullah bin Rawahah  menjelaskan, “Baru saja diturunkan sebuah ayat kepada Rasulullah tentang kabar dari Rabbku bahwa aku pasti melewati neraka tetapi tidak ada kabar bahwa aku akan keluar darinya. Itulah yang membuatku menangis.

Qais bin Abu Hazim bertutur, Abdullah bin Rawahah berkata aku tahu aku pasti melewatinya tetapi aku tidak tahu apakah aku akan selamat darinya atau tidak.

Tsabit bin Qais

Tsabit bin Qais bin Zuhair bin Malik bin Umru’ul Qais bin Malik Al-Aghar bin Tsa’labah bin Ka’ab bin Al-Khazraj bin Al-Harits bin Al-Khazraj, Abu Muhammad (ada juga yang mengatakan Abu Abdurrahman), khatibnya para sahabat Anshar, termasuk salah seorang sahabat Nabi yang brilian, turut serta dalam perang Uhd dan Bai’at Ridhwan.

Atha Al-Khurasanani berkata, “Saya memasuki Madinah. Saya bertanya tentang seseorang yang bisa menyampaikan kepada saya hadits Tsabit bin Qais bin Syamas. Orang-orang menganjurkan saya untuk menemui puterinya. Maka saya pun menanyainya. Dia menjawab, “Aku mendengar dari ayah ketika kepada Rasulullah diturunkan ayat:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Artinya: “… Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.
(QS. Luqman: 18)

Ayat ini membuat ayah merasa tersiksa. Beliau masuk ke dalam rumah, menutup pintu dan mulai menangis.

Tamim Ad-Dari

Sahabat Rasulullah Abu Ruqayah Tamim bin Aus bin Kharijah bin Sud (ada yang mengatakan: Sawad) bin Jadzimah Al-Lakhmi Al-Filasthini. Tamim adalah seorang yang tekun beribadah dan sangat banyak membaca kitabullah.

Masruq berkata, “Salah seorang penduduk Mekah menyampaikan kepadaku, “Di sinilah tempat yang dipakai shalat saudaramu, Tamim Ad-Dari.” Suatu malam aku meluhatnya mengerjakan shalat sampai pagi atau sampai menjelang pagi. Ia membaca satu ayat dari Kitabullah, ruku’, sujud dan menangis. Ayat itu adalah:

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ ۚ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Artinya: “Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (QS. Al-Jatsiyah:21)

Abdullah bin Umar

Abdullah bin Umar bin Khattab, imam panutan dan Syaikhul Islam, Abu Abdurrahman Al-Quraisyi Al-Adawi Al-Makki Al-Madani. Ia masuk saat masih anak-anak. dan berhijrah bersama ayahnya saat belum baligh.

Pada persiapan perang Uhud dia dianggap masih terlalu muda. Peperangan pertama yang diikutinya adalah perang Khandaq. Abdullah bin Umar termasuk orang-orang yang berbai’at di bawah pohon itu.

Qasim bin Bazzah berkata, “Seseorang yang mendengar langsung dari Ibnu Umar menyampaikan bahwa Abdullah bin umar pernah membaca firman Allah surah Al-Muthaffifin ayat 1-6 tiba-tiba Abdullah bin Umar menangis dan tersungkur. Ia tidak bisa melanjutkan bacaanya lagi.

Ibnu Katsir menulis, “Firman Allah , Tidakkah mereka itu mengira bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar?” maksudnya, “Apakah mereka itu tidak takut kepada hari kebangkitan, saat berdiri di hadapan Dzat yang Maha Mengetahui segaka rahasia dan isi hati, pada hari yang penuh kengerian, banyak kejutan dan besar urusannya. Barangsiapa merugi maka dia akan dimasukkan ke dalam api yang menyala-nyala.

Karena tadabbur ayat 6 inilah Abdullah bin Umar menangis.

Ibnu Abbas

Al-Bahru (sang laut), Habrul Ummah (pemimpin umat), Faqihul Asri (yang berpemahaman kokoh), Imamut Tafsir (pemimpin Mufasirin), Abul Abbas Abdullah bin Abbas bin Abdul Manaf Muthallib Syaibah bin Hasyim (namanya: Amru) bin Abdu Manaf bin Quraisy bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr Al-Quraisyi Al-Hasyimi Al-Makki, Al-Amir. Beliau sempat bersama Nabi selama sekitar 30 bulan. Ibnu Abbas meriwayatkan sejumlah hadits dari Nahi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dari Umar, Ali, Muadz dan beberapa orang shahabat yang lain.

Abdullah bin Abu Mulaikah bertutur, “Saya pernah menemani Ibu Abbas dalam sebuah perjalanan dari Mekah ke Madinah. Saat tidak berjalan (istirahat) beliau bangun di separuh malam. Ayub bertanya, “Bagaimana bacaanya?” Abdullah menjawab, “beliau membaca:

وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ

Artinya: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya.” (QS. Qaf: 19)

Beliau membacanya dengan tartil dan larut dalam tangis.”

Abdullah bin Hanzhalah

Abdullah bin Hanzhalah Al-Ghasil (yang dimandikan) bin Abu Amir Ar-Rahib ‘Abdu ‘Amru bin Shaifi bin Nu’man, Abu Abdurrahman Al-Anshari Al-Aui Al-Madani. Termasuk Shigharus Shahabah (Shahabat yang berjumpa Nabi saat masih anak-anak). Ayahnya gugur sebagai syahid saat perang Uhud. Para malaikat memandikan jasad ayahnya karena ia dalam keadaan junub. Abdullah bin Hanzhalah terbunuh saat peristiwa Harrah pada tahun 63 Hijriyah.

Abdurrahman bin Harits bin Hisyam berkisah, “Suatu hari saat aku menjenguk Abdullah bin Hanzhalah yang sedang sakit, di atas tempat tidurnya kudengar dia membaca ayat ini:

لَهُمْ مِنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ

Artinya: “Bagi mereka alas tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka)”
(QS. Al-A’raf: 41)

Abdullah bin Hanzhalah menangis sampai-sampai aku mengira nyawanya akan meninggalkannya. Kemudian Abdullah berkata, “Mereka berada dalam himpitan api neraka. Abdullah berdiri dipapah dua orang.

Melihat itu, seseorang berkata, “Wahai Abu Abdurrahman, duduklah!” Abdullah berkata, “Aku tak bisa duduk karena aku ingat neraka Jahanam, sedangkan aku tak tahu jangan-jangan aku termasuk salah seorang penghuninya.”

Raja Najasi atau Negus

Namanya Ashamah, Raja negeri Habasyah. Dia termasuk golongan sahabat dan yang baik Islamnya. Ia tidak sempat berhijrah dan tidak pernah bertemu dengan Nabi. Maka jika dilihat dari satu sisi Najasyi termasuk Tabi’in dan jika dilihat dari sisi yang lain dia termasuk shahabat. Najasyi meninggal dunia di masa kenabian. Rasulullah mengimami para shahabat melaksanakan shalat ghaib atasnya.

Ummu Salamah, Istri Nabi bercerita, “Saat kami sampai di negeri Habasyah kami disambut dengan sangat baik oleh Najasyi. Kami aman beragama dan beribadah kepada Allah. Kami tidak diganggu dan tidak mendengar sesuatu pun yang tidak kami suka.

Ja’far bin Abu Thaliblah yang berbicara kepadanya, “Paduka, kami dulu adalah kaum yang bidih, ahli jahiliyah. Kami menyembah patung, makan bangkai, melakukan perbuatan nista, memutus silaturahim, suka mengganggu tetangga dan siapa yang kuat diantara kami akan memakan yang lemah. Begitulah keadaan kami sampai Allah mengutus kepada kami seorang Rasul.

Najasyi bertanya, “Apakah kamu hafal sesuatu dari ajarannya?” Ya jawab Ja’far. Bacakan untukku, Pinta Najasyi. Maka Ja’far pun membaca beberapa ayat awal surah Maryam. Najasyi menangis. Demi Allah, jenggotnya sampai basah oleh air matanya. Uskup-uskupnya pun menangis saat mendengar bacaan Ja’far sehinngga air mata mereka membasahi lembaran kitab yang mereka bawa.

Kemudian Najasyi berkata, Demi Allah ini dan yang diajarkan Musa benar-benar berasal dari sumber yang sama. Pulanglah kalian (wahai utusan orang-orang Quraisy) aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian selamanya.

Berkenaan dengan Najasyi Allah menurunkan firmannya:

وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَىٰ أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ

Artinya: “Dan apabila mereka mendengarkan apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasulul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan airmata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui,..” (QS. Al-Maidah: 83)

Ibnu Jarir dan yang lain meriwayatkan dari Az-Zuhri, katanya, “Saya senantiasa mendengar dari para ulama kita bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Najasyi dan sahabat-sahabatnya.”

Diceritakan di dalam buku karya Muhammad Syauman Ar-Ramli, Said Abdul Adhim, Abdussalam Al-Hushain dalam buku, “Nikmatnya Menangis bersama Al-Qur’an”

Yadi Iryadi, S.Pd.
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an
Licensed Practitioner Neuro Linguistic Programming

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

x  Powerful Protection for WordPress, from Shield Security
This Site Is Protected By
Shield Security