Metode Menghafal Al-Qur’an Klasik dan Modern

Metode Menghafal Al-Qur’an Klasik dan Modern

1 May 2022 Artikel 0
Hafal Quran Sebula di Pusat Karantina Tahfidz Al-Qur'an Nasional Kuningan Jawa Barat

Metode Menghafal Al-Qur’an Klasik dan Modern

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Al-Quran diturunkan dengan berbagai cara dari Allah, Malaikat Jibril dan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Saat Al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad, kemudian oleh para shahabat ditulis, dibaca, dan dihafalkan setiap saat. Pada zaman itu sahabat Nabi berlomba-lomba dalam menghafalkan Al-Quran dengan penuh perhatian dan tadabbur yang luar biasa. Begitu pun Rasulullah sedemikian perhatian menjaga ayat-ayat Al-Quran. Turunnya ayat Al-Quran menjadikan sesuatu yang dirindukan. Bahkan saking cintanya pada Al-Qur’an, beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat sedih jika tidak menerima wahyu dalam beberapa hari.

Kecintaan terhadap Al-Quran dimulai dari para shahabat kemudian mengajarkan kepada murid-muridnya hingga generasi modern saat ini.

Perkembangan zaman mempengaruhi munculnya metode-metode belajar mengajar Al-Quran. Mereka semua telah mewariskan metode dan cara menghafal Al-Qur’an, seperti dipraktikkan oleh beberapa pondok pesantren di berbagai belahan penjuru dunia.

Metode Klasik dalam Menghafal Al-Qur’an

  1. Talqin, yaitu cara pengajaran hafalan yang dilakukan oleh seorang guru dengan membaca suatu ayat, lalu ditirukan oleh sang murid secara berulang-ulang hingga hafalan dapat menancap di hatinya.
  2. Talaqqi, presentasi hafalan sang murid kepada gurunya. Mu’aradhah, saling membaca secara bergantian. Dalam praktiknya, tidak ada perbedaan di antara ketiga cara tersebut. Tergantung instruksi sang guru yang biasanya lebih dominan menentukan metode. Barangkali, teknik dengan metode takpin lebih cocok untuk anak-anak. Adapun talqin dan mu’aradhah, lebih tepat untuk orang yang telah dewasa (sudah benar dan lancar membaca).
  3. Penggabungan cara-cara tradisional di atas adalah metode yang paling ideal dalam menghafal Al-Qur’an.

Bahirul Amali Herry dalam buku berjudul “Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Al-Quran,” menjelaskan bahwa ada berbagai alasan mengapa penggabungan metode menghafal Al-Quran merupakan cara terbaik untuk saat ini:

I. Doktrinal

Mayorita ulama bersepakat bahwa validitas riwayat bacaan Al-Quran harus memenuhi 3 syarat yaitu: sanad yang sah, mutawatir, sesuai dengan bahasa Arab, dan sesuai rasm utsmani. Oleh sebab itu tradisi sanad penting dalam khazanah Islam.

Metode talqin dan talaqqi seperti tersebut di atas telah dijelaskan dalam Al-Qur’an sehingga orisinalitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Adapun metode mu’aradhah, pertama kali dipraktikkan langsung oleh Rasulullah bersama Malaikat Jibril.

2. Rasional (intelektual)

Karena Al-Qur’an adalah pedoman hidup utama setiap Muslim, maka para ulama telah merumuskan berbagai etika dan tata cara dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. Termasuk bagaimana cara membaca dan menghafalnya. Dengan mengikuti metode-metode tradisional seperti di atas, kebenaran bacaan Al-Qur’an dapat dijamin. Karena ada proses chek and re-chek antara pembaca (murid) dengan pakar (syekh, kyai). Lebih utama

lagi, jika talaqqi dilakukan sebanyak mungkin bersama para pakar karena akan semakin meningkatkan mutu bacaan kita dan mendekati kesempurnaan.

3. Emosional

Metode tradisional memang sangat berat dan kurang digemari oleh banyak orang di masa sekarang. Namun, dibalik semua itu, terdapat beberapa hikmah. Antara lain melatih kesabaran, ketabahan, ketekunan, dan etika sosial. Kita juga dapat meneladani dan menghayati kontribusi para pendahulu kita (salafus saleh) yang begitu tulus menjaga dan mengagungkan Al-Qur’an.

Selain itu, dengan adanya kewajiban talaqqi, kita akan aktif dengan rutinitas mulia yang dapat menyehatkan mental dan memotivasi diri.

4. Spiritual

Jika kita talaggi (mengaji) dengan para syekh/kyai/ustadz, maka kita akan mendapatkan banyak ilmu dari mereka. Inilah di antara kunci keberhasilan para penghafal Al-Qur’an. Saya

menjumpai beberapa orang yang secara intelektual maupun bakar sebenarnya kurang berpotensi untuk menghafal. Namun, karena ketulusan dan keikhlasan dalam menuntut ilmu bersama para ulama, mereka meraih sesuatu yang gagal dicapai oleh banyak orang yang secara kualitas dan kausalitas lahiriah lebih mumpuni. Metode Modern dalam Menghafal Al-Qur’an Meskipun metode tradisional seperti dibahas di atas sangat tangguh dan ampuh, bukan berarti metode-metode lain tidak diperlukan. Di era modern seperti sekarang, kita juga dapat menerapkan metode-metode baru sebagai alternatif.

Misalnya:Mendengarkan kaset murottal melalui tape recorder, walkman, Al-Qur’an Digital, MP3/4, handphone, komputer, dan sebagainya. Merekam suara kita dan mengulang-ulanginya dengan ban tuan alat-alat modern di atas tadi. Menggunakan program software Al-Qur’an Penghafal (Mushaf Muhaffizh) Membaca buku-buku Qur`anic Puzzle (semacam teka-teki yang diformat untuk menguatkan daya hafalan kita).

Modernisasi dan perkembangan teknologi tetap memberikan efek positif bagi munculnya metode menghafal Al-Qur’an yang inovatif. Bahkan seiring dengan melemahnya tradisi talaqqi, yang berdampak pada menurunnya kapabilitas dan kualitas para pakar, beberapa alat modern tadi sangat berperan untuk membantu dalam proses menghafal Al-Qur’an.

Metode Menghafal Al-Qur’an menurut Al-Qur’an

Allah Swt berfirman, Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Q.s. al-Qamar [54]: 17). Ketika menafsirkan ayat ini, beberapa mufasir menjelaskan bahwa bentuk dari kemudahan Al-Qur’an antara lain adalah mudah dihafal. Maka dari itu, beberapa ayat Al-Qur’an sebenarnya telah mengisyaratkan metode dan cara menghafal. Misalnya:

a. Talaqqi.

Allah Swt berfirman:

Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al-Qur’an dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (Q.s. an-Naml [27]: 6)

Imam at-Thabari menafsirkan ayat di atas, “Dan engkau sesungguhnya Muhammad, akan menjadi hafal dan mengerti .” Kata talaqqi pada ayat tersebut mengisyaratkan Al-Qur’an.” salah satu metode menghafal Al-Qur’an, yaitu talaqqi (menurut penafsiran sebagian ulama) atau talqin (menurut pendapat yang lain). Lalu apa rahasia Allah Swt sebagai Mulaqqin Rasulullah menyifati Dzat-Nya dengan Hakim dan ‘Alim? Menurut hemat penulis, ayat ini sekaligus mengisyaratkan kepada kita agar tepat memilih guru, yaitu seseorang yang memiliki sifat bijak dan profesional.

وإنك لتلقي القرآن من لدن حكيم عليم

A Membaca secara pelan-pelan dan mengikuti bacaan

Allah Swt berfirman: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an kunna hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya Kamilah yang mengumpulkan (di dadamu) dan (membuat pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaan itu. (Q.s. al-Qiyamah (75) 16-18)

Seperti dijelaskan dalam banyak referensi, sebab turunnya açat ini adalah Rasulullah selalu menggerak-gerakkan lidahnya (mengulang ngulang bacaan) karena takut lupa. Riwayat lain

menginformasikan bahwa Rasulullah tampak tergesa-gesa dalam menghafal Al-Qur’an karena rasa tanggung jawabnya yang begira kuat dan khawatir akan hilangnya wahyu. Lalu turunlah

Merasukkan bacaan dalam batin Allah Swt berfirman: Mereka berkata, “Hai orang yang diturunkan Adz Dzikr kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang gila.” (Qs. al-Hijr [15]:6).

Seperti kita ketahui, Al-Qur`an mempunyai banyak nama, antaranya adalah adz-Dzikr yang berarti peringatan. Pertanyaan yang menarik untuk diajukan, jika orang kafir tidak beriman kepada wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, mengapa mereka menyebutnya dengan adz-Dzikr, yang merupakan nama lain dari Al-Qur’an? Menurut sebagian penafsiran, kata Dzikr dalam konteks ini, dikonotasikan kepada kondisi Fassubalah seperti orang yang mengigau pada saat wahyu turun.

Hal itu dimaksudkan sebagai sindiran kepada beliau yang menurut mereka sedang kerasukan (gila). Naudzubillah min dzalik! Meskipun menurut ar-Razi dan al-Alusi penafsiran ini kurang tepat, namun kita dapat mengambil spirit metode menghafal Al-Qur’an dalam ayat tersebut. Yakni menjadikan Al-Qur’an sebagai dzikir yang selalu kita ingat dan kita baca setiap saat.

d. Membaca sedikit demi sedikit dan menyimpannya di hati Allah Swt berfirman: Berkatalah orang-orang, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) sekali turun saja?” Demikianlah, supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (Q.s. al-Furqaan [25]: 32)

Imam az-Zamakhsyari menjelaskan hikmah dari penurunan wahyu secara berangsur-angsur, yaitu agar hati Rasulullah menjadi kuat sehingga mudah menghafalnya. Selain itu, cara menghafal memang harus bertahap sedikit demi sedikit.

e. Membaca dengan tartil (tajwid) dalam kondisi bugar dan tenang Allah Swt berfirman, Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (darinya), yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat (Al-Qur’an). (Q.s. al-Muzzammil [73]: 1-5)

Mungkin kita akan bertanya, bagaimana kita memahami ayat yang menjelaskan bahwa Alquran itu telah dimudahkan tetapi di ayat lain dikatakan berat! Menurut hemat penulis, tidak ada pertentangan di antara keduanya. Karena ayat-ayat yang menjelaskan kemudahan Al-Qur’an bersifat global, sedangkan ayat yang menyatakan berat bersifat khusus.

Dengan kata lain secara umum, Al-Qur’an itu mudah untuk dihafal (dipahami), namun ada beberapa ayat yang memang berat (susah dihafal atau dipahami).

Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional memberlakukan standarisasi metode menghafal Al-Quran secara klasik. Namun dapat pula dibantu dengan recorder menggunakan Smartphone apabila sudah selesai masa karantina tahfizh Al-Quran.

Metode Menghafal Al-Qur’an Klasik dan Modern

Metode Yadain Litahfizhil Quran mengadopsi dari metode klasik dalam proses menghafal Al-Quran. Penelitian berdasarkan tinjauan cara kerja pikiran sehingga dapat dioptimalkan aplikasinya dalam bidang tahfizh Al-Quran.

Metode apa pun dalam menghafal Al-Quran bernilai bagus dan mulia karena berkaitan dengan kemuliaan Al-Quran sebagai kalamullah.

Sebagai gambaran, metode Yadain Litahfizhil Qur’an dapat dilihat lagi disini.

Yadi Iryadi, S.Pd.
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an

Informasi dan Pendaftaran Calon Peserta Baru

www.hafalquransebulan.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *