Menghafal Al-Quran itu Sulit?

Menghafal Al-Quran itu Sulit?

16 February 2021 Artikel 0

Beberapa orang beranggapan bahwa menghafal Al-Quran itu sulit. Sebenarnya yang menyebabkan kesulitan hafalan Al-Quran disebabkan karena tidak konsisten dalam menghafalkannya.

Uniknya bahwa orang yang memiliki pola pikir bahwa menghafal Al Quran sulit ternyata itu pun terjadi di kalangan para penghafal Al-Quran. Pengulangan 70 kali pada satu ayat pendek tidak menyebabkan ia hafal Al-Quran selama mindset mereka tidak diubah. Akan tetapi, dengan mengubah mindset maka pengulangan 20 kali saja pada satu ayat pendek sudah cukup untuk kemudian melanjutkan pada ayat berikutnya sampai 5 ayat pendek dapat dikuasai dengan baik.

Allah sesuai dengan prasangka hambanya. Apabila ia memiliki mindset yang memperdayakan maka begitulah yang akan terjadi. Sebaliknya apabila ia memiliki mindset yang memberdayakan maka ia akan berdaya dalam menghafal Al Qur’an.

Al-Quran sudah dijamin kemudahannya. Apabila jaminan Allah ini diimani maka akan terjadi pada hambanya. Akan tetapi, apabila jaminan kemudahan ini diingkari dengan tidak mau menghafalkannya maka pastilah sulit. Kemudahan tersebut hanya dijamin bagi orang-orang yang mau mempelajarinya, mau menghafalkannya, mau mentadabburi maknanya, dan memiliki kemauan untuk mengamalkan isi kandungannya.

Dr. KH. Sakho Muhammad, MA Al-Hafizh berpesan bahwa penghafal Al-Quran harus memiliki keimanan terhadap Al-Quran. Keimanan terhadap seluruh ayat-ayat Al-Quran bahwa ini merupakan kalamullah yang tidak mungkin Allah berdusta di dalam firman-Nya. Termasuk salah satunya keimanan pada jaminan kemudahan menghafal Al-Quran yang ditegaskan secara berulang sebanyak empat kali tanpa ada perbedaan satu huruf pun di dalamnya.

Jaminan kemudahan menghafal Al Quran sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam surat Al-Qamar, yaitu pada ayat ke 17, 22, 32, dan 40.

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا القُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

Artinya: “Sungguh Kami telah mudahkan Al-Qur’an untuk diingat (dihafalkan). Maka adakah orang yang mau mengingatnya?” [QS. 17, 22, 32, dan 40].

Beliau mengatakan bahwa, saking mudahnya menghafal Al-Quran maka tidak ada batasan usia dalam menghafalkannya. Bisa dilakukan anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua. Asalkan mau berproses belajar maka pastilah bisa.

Alangkah lucunya apabila alasan kesulitan menghafal Al Quran datang karena ketidakmauan dalam menghafalkannya. Tidak konsisten dengan jadwal belajar. Tidak teratur dalam mengelola aktivitas sehingga Al-Quran hanya dijadikan sebagai sisa-sisa waktu yang kurang produktif.

Apabila menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu impian tertinggi, maka alokasi waktu yang disediakan haruslah menjadi prioritas pada waktu produktif belajar.

Setiap orang memiliki produktivitas waktu yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinan dan persepsinya. Ada orang yang lebih nyaman menghafal Al-Quran di pagi hari sebelum subuh. Yakni menghafal pada saat waktu tahajud. 

Ada pula orang yang nyaman menghafal Al-Quran ba’da subuh. Begitu pun ada yang nyaman dikala waktu dhuha, ba’da dzuhur, ba’da ashar, dan ba’da Isya.

Semua waktu itu baik selama berkaitan dengan ibadah. Terlebih dalam Al-Quran yang penuh keberkahan di dalam interaksinya untuk mendapatkan pahala. Adapun jadwal menghafal al-qur’an di karantina tahfizh dibuat produktif mulai dari jam tiga pagi hingga jam sembilan malam. Atas izin Allah, pasti diberikan kesegaran dan kesemangatan dalam mempelajari Al-Quran tanpa rasa bosan.

Ustadz Cece Abdulwaly dalam bukunya ‘Mitos-mitos Menghafal Al-Quran’ mengatakan bahwa,  ada 3 penyebab orang beranggapan bahwa menghafal Al-Qur’an sulit, diantaranya:

Pertama: kendala yang menghalangi proses menghafal Al Quran. Orang seperti ini tidak menyadari bahwa bukan Al-Quran yang sulit untuk dihafalkan. Melainkan kesulitan tersebut berasal dari diri penghafalnya sendiri. Ada beberapa hal yang harus ditangani agar orang tersebut mendapatkan sentuhan kemudahan menghafal Al-Quran.

Kedua: belum mencoba menghafal Al-Quran dengan konsisten. Beberapa orang tampaknya hanya mengikuti pandangan orang lain yang kesulitan menghafal Al-Qur’an. Bisa jadi mereka hanya menilai tahfizh Al-Quran secara tidak mendalam. 

Panik saat melihat mushaf Al-Quran yang tebal, ayatnya berjumlah ribuan, bahasa yang tidak dipahami, sehingga mereka terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa menghafal Al-Quran sulit. Uniknya mereka tidak pernah serius mengikuti program tahfizh Al-Quran.

Ketiga: kurangnya keyakinan terhadap jaminan kemudahan menghafal Al-Quran. Allah sudah menjaminkan kemudahannya. Adapun apabila masih ada yang merasakan kesulitan, itu merupakan faktor dari manusianya. Sebagaimana dipaparkan di awal bahwa kemudahan menghafal Al Quran hadir pada orang yang meyakini kemudahannya.

Lebih lanjut Ustadz Cece Abdulwaly mengutip hadits bahwa kedudukan Al-Quran dibandingkan teks lain, seperti halnya kedudukan Allah Subhanahu Wata’ala atas segenap makhluk-Nya. Sungguh tidak bisa dibandingkan kemuliaannya.

Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional, mengembangkan metode Yadain Litahfizhil Quran. Kesulitan menghafal Al-Quran sebenarnya bisa diatasi dengan memperbaiki 4 hal berikut ini:

Pertama: kemampuan membaca Al-Quran sesuai kaidah tajwid;

Kedua: mengikuti program tahfizh Al-Quran secara konsisten

Ketiga: menjaga kesehatan fisik, mental, dan spiritual;

Empat: menghafal Al-Quran dengan cara mengingat bentuk tata letak huruf-huruf Al-Quran, memahami tadabbur terjemah, dan melancarkan setiap urutan ayat-ayat dalam hafalan.

Jebakan kesulitan menghafal Al Quran setiap orang berbeda-beda. Akan tetapi, tidak pernah lepas dari 4 pola tersebut di atas.

Konsultasi bersama muhaffizh/muhaffizhah diperlukan agar mampu mengatasi penyebab sepesifik kesulitan tahfizh Al-Quran.

Menghafal Menghafal Al-Quran itu Sulit?

Berikut ini merupakan penyebabnya:

  1. Belum mampu membaca Al-Quran sesuai kaidah tajwid
  2. Dari 12 jam yang tersedia hanya efektif 10 jam saja
  3. Kelelahan fisik disebabkan oleh mental, dan kelelahan mental disebabkan oleh lemahnya spiritual (ikhlas, yakin, istiqamah)
  4. Sebelum mencapai 3 juz metode Yadain keburu menggantinya dengan metode lain sehingga kemudahannya tidak cepat terasa pada juz ke-4.

Solusi

  1. Seleksi peserta dibuat ketat atau targetnya sambil penguasaan tajwid dalam hafalan;
  2. Kedisiplinan wajib ditegakkan terutama awal jam setoran hafalan Al-Quran;
  3. Tausiyah motivasi dari muhaffizh sangat bermanfaat bagi kesehatan ruhiyah, mental, dan semangat fisik peserta.
  4. Hanya boleh mengganti dengan metode lain apabila metode Yadain sudah dipraktikkan pada minimal 3 juz. Walaupun kenyataannya pasti tidak akan beralih karena akselerasi sudah didapatkan pada saat 80% mufradat sudah dikuasai pasti terjadi akselerasi, biidznillah. 

Berdasarkan pengalaman kami, inilah perolehan yang didapatkan di karantina tahfizh Al-Quran

  1.     Level Tahsin hafalan yang diperoleh antara 1-5 juz sebulan.
  2.     Level Tahsin dan Tahfizh hafalan yang diperoleh antara 6-15 juz sebulan.
  3.     Level Tahfizh hafalan yang diperoleh antara 16-30 juz sebulan.
  4.     Level Muraja’ah dan Ziyadah hafalan 30 juz kurang dari sebulan.
  5.     Level Mutqin hafalan yang diperoleh 30 juz disimak per 10 juz.

Memiliki niat yang baik dan benar merupakan awal dari terbukanya kemudahan menghafal Al-Quran. Niat yang baik harus segera dieksekusi. Entah memulai niat untuk menghafal Al-Quran di mana pun yang terpenting yaitu mendapatkan Ridha Illahi.

Menghafal Al-Quran untuk menjaga Al-Quran. Allah pasti akan menjaga para penghafal kitab suci-Nya.

Pendaftaran Karantina Tahfizh Al-Quran selalu dibuka setiap bulan. Informasi dan pendaftaran ada di www.hafalquransebulan.com Lebih lanjut hubungi 081312700100.

Yadi Iryadi, S.Pd.
Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

x  Powerful Protection for WordPress, from Shield Security
This Site Is Protected By
Shield Security