Menghafal Al-Quran Bukan Hanya untuk Hafal, Lantas?

Menghafal Al-Quran Bukan Hanya untuk Hafal, Lantas?

7 May 2022 Artikel 0
Sifat Mukmin yang Berbahagia - halaqah Qurani

Menghafal Al-Quran Bukan Hanya untuk Hafal, Lantas?

Menghafal Al-Quran Bukan Hanya untuk Hafal, Lantas? Jika menghafal Quran hanya sekadar untuk hafal maka laptop, smartphone, DVD, MP3 jauh lebih kuat ingatannya dibandingkan dengan pikiran manusia.

Mengapa kita menghafal Al-Quran?…

Karena ada pahala dari setiap huruf yang dibaca dan ada keberkahan dalam memperhatikan setiap aspek pelajaran yang ada pada Al-Quran.

Lupa Hafalan Al-Quran Menjadi Anugerah

Adanya lupa hafalan Al-Quran menjadi anugerah agar kita melihat kembali mushaf Al-Quran. Adanya lupa mengundang kerinduan ingin segera membuka mushaf Al-Quran. Melihat kembali kelanjutan ayat dalam tadabbur Al-Quran. Mengundang kembali keberkahan untuk hadir dalam hidup kita.

Nabi bersabda:

   تَعَاهَدُوا القُرْآنَ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنَ الإِبِلِ فِي عُقُلِهَا 

Artinya: “Jagalah (hafalan) Al-Qur’an itu, maka demi Dzat, jiwaku di kekuasaaNya, sungguh ia (Al-Qur’an) lebih cepat lepasnya daripada unta dari ikatannya”. (HR. Shahih Bukhari).

Kalau misalnya unta lepas, maka bisa ditangkap lagi. Apabila ingin tidak lepas maka harus sering-sering diperhatikan ikatannya. Hafalannya dirawat dan minimal selalu membaca Al-Quran agar tidak berdosa dan justru mendapatkan pahala membacanya.

Hal terpenting dari bacaan hafalan Al-Quran yaitu tidak menelantarkannya sehingga hilang. Adapun jika sudah rutin membacanya namun hafalan tidak lancar juga maka tidaklah berdosa.

Hadits Tentang Melupakan Hafalan Al-Quran

Hadits tentang dosa orang yang melupakan hafalan Al-Quran yaitu berlaku bagi orang yang melalaikan jadwal-jadwal muraja’ah. Menjaga hafalannya harus rutin sehingga seumpama unta yang sudah jinak.

   إِنَّمَا مَثَلُ صَاحِبِ القُرْآنِ، كَمَثَلِ صَاحِبِ الإِبِلِ المُعَقَّلَةِ، إِنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أَمْسَكَهَا، وَإِنْ أَطْلَقَهَا ذَهَبَتْ   

Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan penghafal Al Quran, seperti pemilik unta yang diikat. Jika ia dijaga dan dipelihara, maka ia akan diam dan jinak, dan jika ia dibiarkan terlantar, maka dia akan pergi lepas dari ikatannya” (HR. Bukhari).

Saat di perjalanan mudik sambil tilawah hafalan Al-Quran kemudian ragu dengan suatu harakat atau kelanjutan ayat maka pasti ada kerinduan untuk buka gadget lagi memastikan kelanjutan ayat yang dihafalkan tersebut.

Dalam riwayat yang lain dijelaskan bahwa orang yang melupakan hafalannya kelak di hari kiamat akan menemui Tuhannya dalam keadaan “judzam”.

    مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ ثُمَّ نَسِيَهُ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ أَجْذَمُ   

Artinya: “Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an kemudian ia melupakannya, kelak (di hari kiamat) bertemu dengan Allah dalam keadaan judzam” (HR. Tirmidzi).

Kemudian riwayat lain menyebutkan bahwa imam al-Darimi meriwayatkan senada dengan Imam at-Tirmidzi bahwa orang yang belajar Al-Qur’an kemudian melupakannya, maka kelak ia akan menemui Tuhannya dalam keadaan judzam sejenis penyakit kusta.

   مَا مِنْ رَجُلٍ يَتَعَلَّمُ الْقُرْآنَ ثُمَّ يَنْسَاهُ، إِلَّا لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهُوَ أَجْذَمُ  

Artinya: “Tidaklah seorang belajar Al-Qur’an kemudian melupakannya kecuali ia kelak di hari kiamat bertemu dengan Allah dalam keadaan judzam” (Sunan al-Darimi).

Judzam atau penyakit Kusta dengan gejala seperti bercak-bercak berwarna terang atau kemerahan di kulit disertai dengan berkurangnya kemampuan merasa, mati rasa, dan lemas pada tangan dan kaki.

Perumpamaan orang yang berpenyakit judzam/kusta yaitu agar kita menghindari perbuatan melupakan Al-Quran sebagaimana kita diperintahkan untuk menjauhi orang yang berpenyakit kusta.

Nabi Muhammad SAW bersabda,

    فِرَّ مِنَ الْمَجْذُوْمِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ اْلأَسَدِ  

“Menghindarlah kamu dari orang yang terkena judzam (kusta), sebagaimana engkau lari dari singa yang buas” (HR. Bukhari).

Jangan Berputus Asa Karena Ada Keberkahan Al-Quran

Tak apa-apa, tak ada putus asa justru di situlah ada kerinduan untuk mengundang keberkahan Al-Quran. Selama terus belajar dan berinteraksi dengan kegiatan Qurani maka tidak akan terancam dengan hadits tersebut.

Ciri-ciri keberkahan yaitu adanya kebaikan pada sesuatu dalam bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Al-Quran adalah sebaik-baiknya bacaan. Belajar Al-Quran, menaburi ayat-ayatnya maka akan mendapatkan nilai-nilai keberkahan.

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ ٢٩

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS. Sad: 29).

Ancaman Allah terhadap orang yang melupakan hafalan Al-Quran merupakan motivasi agar kita senantiasa belajar Al-Quran. Mempelajari Al-Quran tidak akan ada batasnya, sebab ilmu Allah sangat luas.

Semoga Allah berikan keberkahan Al-Quran pada seluruh aspek kehidupan kita. Aamiin.

Informasi dan pendaftaran program Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional www.hafalquransebulan.com

Yadi Iryadi, S.Pd.
Pembina II Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *