Manfaat dan Cara Menulis Artikel di Blog/Website

Manfaat dan Cara Menulis Artikel di Blog/Website

6 August 2021 Artikel 0

Manfaat dan Cara Menulis Artikel di Blog/Website

Sebagian orang beranggapan bahwa menulis merupakan pekerjaan yang susah. Mungkin termasuk penulis sendiri pun beranggapan demikian. Asumsi tersebut muncul karena kurangnya kemauan untuk belajar praktik tulis menulis. Kemauan menulis harus senantiasa diperjuangkan sehingga menghasilkan karya berupa tulisan yang bermanfaat bagi khalayak.

Hambatan penulis dalam mengisi konten website diantaranya:

  • Keterbatasan ilmu padahal ilmu bisa dipelajari asalkan ada kemauan untuk terus-menerus belajar dan berlatih.
  • Kekurangan ide, gagasan, wacana yang hendak dihadirkan karena terbatasnya materi bacaan yang dibaca oleh penulis padahal sumber media belajar sudah sedemikian terbuka.
  • Kekurangan waktu, sebab untuk menghasilkan tulisan yang bermanfaat harus terlebih dahulu mengalokasikan waktu mendalami suatu materi tertentu.
  • Keterbatasan bahasa yang digunakan sehingga terkadang ide berhenti begitu saja tanpa ada inisiatif untuk melanjutkan tulisan.
  • Merasa tidak mampu dan malu karena khawatir salah dalam menyampaikan suatu ilmu pengetahuan maupun informasi.
  • dan berbagai alasan logis lainnya yang berfungsi sebagai pembenaran semata.

Awalnya, tulisan seorang pemula seperti penulis mungkin tidak enak dibaca. Akan tetapi, seiring dengan banyaknya praktik penulis berharap dapat belajar menulis sehingga menjadi suatu keahlian yang terus menerus dilatih.

Manfaat Menulis Artikel di Blog/Website

  1. mengukur potensi diri;
  2. mengembangkan ide, gagasan, wacana;
  3. menyerap informasi;
  4. mengorganisasikan gagasan secara sistematis;
  5. meninjau dan menilai gagasan dengan objektif;
  6. memudahkan pemecahan masalah;
  7. memotivasi belajar efektif;
  8. membiasakan diri berpikir tertib; dan
  9. menghimpun dan menyampaikan ilmu pengetahuan.

Menulis memerlukan ketelitian untuk menyampaikan pesan atau informasi. Kreativitas dalam tulisan dituangkan dengan gaya bahasa yang sesuai dengan pembacanya. Penulis harus mampu menyederhanakan kerumitan menjadi sederhana sehingga lebih mudah dipahami. Penggunaan istilah-istilah yang rumit tanpa disertai keterangan biasanya membuat seolah keren namun informasi tidak sampai pada para pembaca.

Prasyarat Pengetahuan Dasar Keterampilan Menulis

Seperti halnya ingin melakukan suatu aktivitas tentu harus mengetahui terlebih dahulu apa yang akan dilakukan dalam aktivitas tersebut. Begitu pula dalam dunia tulis menulis, diperlukan bekal agar dalam kegiatan menulis berjalan lancar, calon penulis harus memiliki keterampilan dasar yang harus dikuasai.

Ada buku berjudul ‘Menulis Populer’ karya Siti Ansoriyah dan Rahmah Purwahida terbitan Remaja Rosdakarya, bahwa keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh calon penulis diantaranya: (1) memiliki pengetahuan tentang apa yang akan ditulis; (2) mengetahui topik yang akan ditulis; (3) memahami cara menuangkan ide, gagasan, dalam bentuk kata-kata yang disusun kalimat kemudian menjadi paragraf; (4) memiliki pengetahuan dalam penerapan kaidah kebahasaan dalam tulisan populer; (5) berkemampuan memilih pilihan kata yang tepat; dan (6) memiliki kemampuan membaca yang efektif sehingga mampu memiliki perbendaharaan kata yang dapat dituangkan kembali menjadi suatu pembahasan yang orisinal.

Ketepatan memilih kata-kata yang tepat atau istilahnya diksi, diperlukan agar penyampaian bahasa menjadi mudah dipahami. Penggunaan kata-kata baku, kata-kata kajian, istilah-istilah dalam bidang tertentu harus diberikan pengertian yang sederhana, arti dari suatu kata tidak boleh menimbulkan salah persepsi. Kaidah kebahasaan seperti kata berimbuhan, ungkapan ringkas atau idiom, kata majemuk, kata depan, kata bermakna konotatif (perumpamaan) maupun bermakna denotatif apa adanya. Penggunaan kata dari lawan kata, partikel, kata sambung, kata penghubung, dan padanan kata harus disajikan dengan memberikan makna yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca.

Penggunaan istilah-istilah dalam ilmu pengetahuan harus disajikan dengan makna yang jelas. Menggunakan gabungan kata yang dipakai untuk melambangkan makna konsep atau sifat yang khas dari suatu bidang ilmu atau aktivitas tertentu. Istilah yang tidak umum sebaiknya dikurangi dalam tulisan populer untuk memudahkan pembaca dalam memahami teks.

Penulis harus memahami penggunaan kata baku yang biasa digunakan dalam forum resmi. Syarat kebakuan suatu kata dapat diterima apabila sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan terbaru. Ciri kata baku dapat dirasakan melalui ejaan, kaidah tata bahasa, kenasionalan, dan lafal yang biasa diucapkan dalam kegiatan formal.

Dalam buku ‘Menulis Populer’ juga dibahas mengenai penggunaan kata sambung intra kalimat. Ini berarti bahwa setiap kata dalam kalimat harus tersusun dan bermakna. Apabila dirinci lebih lanjut maka kata sambung intra kalimat terdiri dari:  (a) kata sambung koordinatif, (b) kata sambung korelatif, dan (c) kata sambung subordinatif.

a. Kata sambung koordinatif menjadikan adanya hubungan makna berikut:

  • pemilihan: atau
  • penambahan: dan
  • pendampingan: serta
  • perlawanan: tetapi, melainkan
  • pertentangan: padahal, sedangkan

b. Kata sambung korelatif sebagaimana penulisan berikut ini:

  • Baik …. maupun …
  • Tidak hanya ……., tetapi juga……
  • Bukan hanya…… melainkan juga …..
  • Antara …. dan ……
  • Demikian …… sehingga …..
  • Sedemikian rupa …… sehingga …..

c. Kata sambung subordinatif yang memiliki hubungan makna sebagai berikut:

  • Waktu, misalnya: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, sementara, begitu, selagi, selama, serta, sambil, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai, tatkala, dan seraya.
  • Syarat, misalnya: jika, kalau, jikalau, asalkan, dan manakala.
  • Pengandaian, misalnya: jika, andaikan, seandainya, dan sekiranya.
  • Tujuan, misalnya: agar, supaya, dan biar.
  • Konsesif, misalnya: biarpun, meski, dan meskipun.
  • Pembandingan, misalnya: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, dan alih-alih.
  • Sebab, misalnya: sebab dan karena.
  • Hasil, misalnya: sehingga, sampai, sampai-sampai, maka, dan makanya.
  • Alat, misalnya: dengan dan tanpa.
  • Cara, misalnya: dengan dan tanpa.
  • Komplementasi, misalnya: bahwa.
  • Atribut, misalnya: yang.
  • Perbandingan, misalnya: sama …. dengan, lebih …. dari, dan lebih … daripada.

Adapun kata sambung antar kalimat yaitu kata yang menghubungkan gagasan sebuah kalimat dengan gagasan pada kalimat lainnya. Sesuai namanya maka kata sambung antar kalimat biasa terdapat pada awal kalimat.

Adapun ……,

Akan tetapi, ….

Akhirnya, …..

Artinya, ….

Bahkan, ….

Berkaitan dengan hal itu, ….

Dalam hal ini, ….

Dalam hubungan ini, ….

Dalam konteks ini, …

Dengan demikian, ….

Dengan kata lain, …

Di samping itu, …

Di satu pihak, …

Jadi, …

Jika demikian, ….

Kecuali itu, ….

Lagi pula, …

Namun, …

Oleh karena itu, …

Oleh sebab itu, …

Pada dasarnya, …

Pada hakikatnya, …

Pada prinsipnya, …

Sebagai kesimpulan, …

Sebaiknya, …

Sebaliknya, …

Sebetulnya, …

Sebenarnya, …

Sehubungan dengan itu, …

Selain itu, …

Selanjutnya, …

Sementara itu, …

Setelah itu, …

Sesungguhnya, …

Sungguhpun demikian, …

Sungguhpun begitu, …

Tambahan lagi, …

Tambahan pula, …

Untuk itu, …

Walaupun begitu, …

Walaupun demikian, …

Meskipun demikian, …

Kata-kata di atas bagi penulis cukup membantu untuk menghidupkan tulisan. Pada artikel terdahulu hampir jarang menggunakannya. Untuk mampu melakukan sesuatu memang diperlukan pengetahuan.

Ada saran bagus di buku tersebut, yaitu agar meringkas kata-kata maka gunakanlah ungkapan ringkas sesuai contoh berikut:

Ungkapan panjang misalnya ‘memberikan izin’ bisa diringkas dengan kata ‘mengizinkan’. Frasa ‘mengajukan usulan’ bisa diringkas jadi kata ‘mengusulkan’, atau contoh sejenis lainnya misalnya: mengambil kesimpulan bisa diringkas dengan kata ‘menyimpulkan.’

Menentukan Tujuan Penulisan Artikel Blog Website

Sebelum menulis blog/website, hendaknya penulis menentukan tujuan dari penulisan artikel website. Biasanya artikel website berisi tentang penyampaian informasi, ajakan, atau promosi suatu hal yang bermanfaat bagi pembacanya. Tentu saja bahasa yang digunakan harus menarik minat pembaca sehingga terpengaruh untuk melakukan apa yang disarankan oleh penulis. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan manfaat yang dapat dirasakan setelah membaca atau mengikuti saran-saran dalam suatu artikel.

Penggunaan bahasa yang populer atau disebut juga tulisan populer dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Tulisan populer berarti teks bergaya lisan. Teks bergaya lisan tidak harus menggunakan dalam bentuk ucapan melainkan bisa berbentuk teks tertulis yang informatif dan enak dibaca.

Gaya bahasa populer berbentuk teks biasa ditemukan pada majalah dan koran. Adapun dalam bentuk lisan biasanya disampaikan dalam berita, radio, video YouTube, dan media elektronik lainnya.

Tulisan populer berfungsi untuk berbagi informasi, pengetahuan, pengalaman, serta hiburan bagi pembacanya. Pengaruh dari tulisan populer hendaknya dapat membentuk sikap, watak, dan perilaku yang sesuai dengan norma moral, agama dan adat istiadat masyarakat setempat.

Pengalaman penulis menulis di website Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional, pada awalnya bahasa yang digunakan tidak beraturan. Tidak enak dibaca karena asal tulis tanpa mengetahui kaidah tata bahasa yang baik. Akan tetapi, alhamdulillah justru dengan teks yang mengalir dapat meningkatkan trafik pencarian di Google untuk pengetikan kata kunci Karantina Tahfizh atau Karantina Hafal Quran.

Menulis di Blog/Website

Meskipun masyarakat Indonesia konon tidak suka membaca tetapi kenyataannya sudah terbiasa berselancar di Google menggunakan kata-kata. Kata kunci merupakan pilihan kata yang disusun secara teratur sehingga bisa muncul dalam pencarian nomor satu di Google. Peringkat ini penting, sebab kemunculan website pada urutan pertama memungkinkan untuk populer dan dapat diakses oleh sebanyak-banyaknya orang yang tertarik pada kata kunci yang sudah ditentukan.

Cara menulis artikel di blog biasanya menggunakan bahasa yang populer. Bahasa yang digunakan tidak terlalu resmi tetapi tetap mempertahankan kebakuan bahasa sehingga mudah dipahami. Jenis tulisan di website/blog biasanya, berbentuk cerita, berita, artikel, deskripsi tentang sesuatu yang ditawarkan dan sebagainya.

Tulisan di website hendaknya tidak boleh sama dengan tulisan yang sudah ada. Artinya, bahwa setiap karya penulisan di website/blog tidak boleh copy paste dari website maupun buku dengan begitu apa adanya. Google dapat mendeteksi keberadaan duplikat teks sehingga sebagus apapun tulisan yang dibuat di website tetap tidak dapat menembus peringkat awal.

Semua alasan untuk tidak menulis itu logis, masuk akal. Namun apabila ada kemauan kuat untuk terus berjuang dalam tulis menulis, bisa jadi suatu saat menjadi ahli dalam menyampaikan pesan ilmu di dalam tulisan.

Apapun bentuk tulisan atau pun pesan lisan di internet pada dasarnya sebagai muslim harus meniatkan diri sebagai bentuk ibadah berbagi pengetahuan agar menjadi amal jariyah yang terus menerus mengalir. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Yadi Iryadi, S.Pd.
Founder Metode Yadain Litahfizhil Quran
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Quran Nasional

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

x  Powerful Protection for WordPress, from Shield Security
This Site Is Protected By
Shield Security