12 Hambatan Menghafal Al-Qur’an dan Cara Mengatasinya

12 Hambatan Menghafal Al-Qur’an dan Cara Mengatasinya

8 June 2017 Artikel 3

Fungsi pikiran yaitu menyimpan ingatan. Antara tempat berpikir, berimajinasi, melamun, berkhayal, dan fantasi dianggap satu tempat yang sama. Apabila pikiran disibukkan oleh hal-hal selain hafalan Al-Quran maka tentu akan mengganggu proses tahfizh Al-Quran. Karena itu, kita harus mampu mengatasi berbagai gangguan konsentrasi agar bisa menjadi penghafal Al-Quran. Berikut ini 12 hambatan konsentrasi menghafal Al-Qur’an dan cara mengatasinya.

Diantara gangguan konsentrasi yaitu:

Banyak Hal yang Dipikirkan dalam Satu Waktu

Cara kerja pikiran bisa dibagi dua yaitu difus dan fokus:

Difus : saat memikirkan banyak hal dalam satu waktu sehingga kehilangan fokus. Misalnya pada saat mengingat pekerjaan belum selesai sementara datang pekerjaan baru yang menuntut ketuntasan lebih cepat, sementara itu juga sedang terjadi musibah anak kandung sakit di rumah sakit. Bayangkan jika dalam keadaan seperti ini Anda menghafal Al-Qur’an, apakah bisa dimudahkan?… Tentu harus diselesaikan terlebih dahulu permasalahan sebelum menghafal Al-Quran. Bisa juga masalah tersebut didelegasikan pada orang lain atau ditunda sampai setelah selesai karantina tahfizh.

Fokus: kondisi saat hanya memikirkan satu hal dalam satu waktu, misalnya ketika seseorang fokus hanya membaca novel atau saat fokus menonton tv, juga ketika mendengarkan radio saja tanpa aktivitas lain, contohnya bisa juga pada saat memasukan benang ke dalam jarum atau hal-hal lain yang hanya dipikirkan atau dikerjakan dalam satu waktu.

Kondisi fokus ini sangat diperlukan untuk menghafal Alquran sehingga yang dipikirkan hanya Al-Qur’an baik meliputi tahsin tilawah Al-Qur’an, Tadabbur maknanya, tata bahasa Nahwu Sharaf, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan ayat yang dibaca. Maka cara mengatasi pikiran yang Difus atau cerai berai adalah dengan berupaya fokus.

Bagaimana caranya supaya bisa fokus?….Caranya adalah dengan mengabaikan kata “fokus” dan “mementingkan melakukan membaca Al-Qur’an secara berulang” maka terjadilah yang dinamakan dengan fokus tanpa berusaha keras untuk fokus.

Kurang Memfokuskan Perhatian pada Hafalan Al-Quran

Simulasinya ketika tangan kanan Anda diluruskan ke samping kanan sementara tangan kiri Anda pun diluruskan ke samping kiri lalu mata Anda melihat ke depan maka yang terjadi jari tangan kanan dan kiri Anda pun tidak akan terlihat oleh mata. Namun ketika Anda menoleh ke kanan maka jari tangan kanan akan terlihat sementara jari tangan kiri tidak terlihat. Begitu pula fokus Anda ke mana saat menghafalkan Al-Qur’an? Apakah pada hal yang lain atau pada hafalan Al-Qur’an yang sedang dibaca berulang?…

Kurang Praktik Menghafal Al-Quran

Mengetahui cara berenang itu bagus sehingga bisa melakukan variasi dalam berolah raga renang. Namun jika tidak pernah praktik renang maka sampai kapan pun tidak mungkin mahir dalam berenang. Cara terbaik untuk berenang adalah dengan praktik langsung berenang.

Banyak orang ingin menghafal Al-Qur’an bahkan sudah belajar banyak metode macam-macam tapi tidak pernah menghafal dan menyetorkan hafalan maka hasilnya tidak akan ada satu juz pun yang mampu dihafalkan. Caranya adalah menghafal, menghafal, menghafal, syukur kalau disertai tadabbur pastinya lebih nikmat. Lalu bagaimana cara “praktik menghafalkan Al-Qur’an”, caranya adalah “lupakan caranya” kemudian bacalah Al-Qur’an secara berulang-ulang dengan cara apa pun yang sudah diketahui dan efektif menghasilkan hafalan.

Putus Asa Saat Tidak Mencapai Target Harian

Putus Asa itu karena merasa gagal dalam melakukan sesuatu atau karena tidak ada kesesuaian antara harapan dengan kenyataan. Bisa juga putus asa terjadi karena ekspektasi (harapan) yang tinggi sementara tidak diimbangi dengan ikhtiar yang maksimal. Ibaratkan ada tukang batu yang pekerjaan setiap harinya adalah memecahkan batu menjadi kerikil-kerikil untuk bahan bangunan. 

Ketika tukang batu berhasil memecahkan batu yang kecil-kecil maka dia bahagia karena mendapatkan rezeki. Namun ketika melihat batu yang besar apakah si tukang batu akan putus asa atau bahagia?…

Bila putus asa berarti tidak mendapatkan rezeki namun jika terus berusaha memecahkan batu-batu besar itu menjadi kerikil maka itulah penghasilannya. Saat ayat-ayat pendek sudah dihafalkan semua dan kini tersisa hanya surat-surat panjang saja maka apa yang akan Anda lakukan?… Apakah putus asa ataukah merasa bahagia karena mendapatkan hafalan yang panjang-panjang?… Saat bahagia dan terus menghafalkan maka Anda mendapatkan hafalan Al-Qur’an.

Kurang Perhatian Terhadap Hafalan Al-Quran

Groover di Wikipedia menyebutkan bahwa faktor yang memengaruhi persepsi dan ingatan adalah perhatian (attention). Perhatian merupakan aktivitas menjaga sesuatu tetap dalam pikiran yang membutuhkan kerja mental dan konsentrasi. Perhatian terhadap ayat-ayat yang sudah dihafalkan, bagaimana kondisinya, kemudian jika ada keraguan dalam hafalan bisa melihat kembali mushaf Al-Qur’an untuk meyakinkan benarnya pengucapan hafalan. Perhatian yang besar terhadap hafalan Al-Qur’an dengan ikhtiar selalu membacanya berulang menyebabkan hafalan tersebut biidznillah berada dalam ingatan.

Kebiasaan Menunda Pekerjaan Sehingga Mengganggu Jam Belajar

Penyakit kebiasaan Menunda hal yang harus dikerjakan itu tidak ada obatnya kecuali 2 hal yaitu:

  1. Melakukannya sendiri sampai tuntas sesuai tujuan awal
  2. Mendelegasikan orang lain untuk menuntaskannya

Sayangnya Anda tidak bisa sehat dengan cara menyuruh orang lain berolah raga. Juga tidak mungkin hafal Al-Qur’an hanya dengan menyuruh orang lain menghafalkannya di hadapan Anda.

Kebiasaan menunda menyebabkan banyak hal harus dikerjakan dalam waktu bersamaan sehingga menjadi kesibukan yang tidak berkesudahan bahkan saking sibuknya sampai tidak melakukan apa pun termasuk hafalan Al-Qur’an. Kebiasaan menunda itu baik selama pekerjaan yang ditunda adalah pekerjaan yang tidak penting. Apakah hafalan Al-Qur’an termasuk pekerjaan penting?…

Tidak Memiliki Perencanaan dan Tujuan

Anda mau pergi ke mana?…

Bagaimana cara mencapainya?…

Jawaban dari pertanyaan tersebut memperjelas kemana akan pergi. Sebagaimana di dalam Al-Qur’an ditanyakan bahwa:

فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ

إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ

لِمَن شَاءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Artinya: 

“Maka ke manakah kamu akan pergi?  Al Quran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam” (QS. At-Takwir: 26-29).

Terlalu Banyak Prioritas Selain Program Menghafal Al-Quran

Banyak hal penting di dunia ini, mulai dari ibadah, pekerjaan, silaturahmi, pendidikan, hiburan dan berbagai hal yang menjadi prioritas. Sebaiknya berlatihlah mengklasifikasi prioritas dengan baik dengan kriteria berikut ini:

  1. Penting dan Genting
  2. Penting dan tidak genting
  3. Tidak penting dan genting
  4. Tidak penting dan tidak genting

Kelelahan Fisik dan Pikiran

Menghafal Al-Qur’an membutuhkan energi dalam prosesnya. Terkadang ada orang yang cepat lapar karena sibuk menghafalkan Al-Qur’an. Ketika lapar tentu yang dilakukan adalah makan dengan gizi yang seimbang.

Ketika fisik dan pikirannya lelah maka lebih baik istirahat, tidur sejenak. Sebelum tidur tenangkan fisik dan pikiran sehingga saat bangun tidur sudah segar kembali untuk menghafalkan Al-Qur’an.

Problem Emosi yang Belum Terselesaikan Saat Menghafal Al-Qur’an

Banyak orang merasa kesulitan mengendalikan emosi atau perasaannya ketika melakukan aktivitas sehingga hal itu mempengaruhi hasil yang diperoleh dari ikhtiar yang dilakukannya.

Saat menghafal Al-Qur’an juga terkadang ada orang yang merasa stres, frustrasi, depresi, cemas, minder, trauma, merasa tidak mampu menghafalkan Al-Qur’an.

Perasaan-perasaan negatif tersebut menghalangi kemauan menghafal Al-Qur’an akibatnya ikhtiar menghafal Al-Qur’an tidak dilakukan.

Uniknya selama orang tersebut masih bergumul dengan problem emosinya maka jika pun menghafal Al-Qur’an akan terasa kesulitan karena pikirannya dipenuhi dengan emosi-emosi yang negatif.

Cara mengusir segala macam problem emosi adalah dengan memperbaiki amalan hati yang meliputi: Keikhlasan, sabar, tawakal, ridha,

Mindset Yang Melemahkan Hafalan Al-Quran

Saat dikatakan bahwa ada program menghafal Al-Qur’an sebulan 30 juz dan program mutqin 3 bulan sering kali kita menyaksikan mindset yang memperdayakan, misalnya:

  • Nggak mungkin, apa bisa?
  • Saya sudah tua
  • Saya masih anak-anak
  • Saya remaja
  • Saya sudah tidak lagi anak-anak
  • Ngafal Al-Qur’an mudah, muraja’ahnya yang susah
  • Ngafal awal terasa sulit tapi kalau sudah hafal muraja’ah jadi mudah
  • Terlalu cepat sebulan tidak cukup
  • 10 – 13 jam ngafal Qur’an otak bisa.
  • Daya ingat lemah, cepat lupa
  • Ngantuk, capek, malas
  • Khawatir nggak selesai
  • Kesehatan pasti terganggu kalau terus-terusan baca Al-Qur’an
  • Belum punya hafalan mustahil bisa khatam setoran hafalan
  • Makharijul Huruf sulit pengucapannya
  • Banyak pikiran, tidak fokus, gak yakin dengan program ini
  • Kalau ngafal Qur’an dipaksa pasti tersiksa dan menderita
  • Percuma menghafal sebulan jika tidak ada yang bisa disimak sedikit pun

Banyak sekali mindset negatif yang menghalangi untuk segera ikhtiar menghafalkan Al-Qur’an. Maka gangguan mindset itu biasanya diatasi dalam seminar karantina tahfizh maupun di dalam agenda pembekalan Metode Yadain Litahfizhil Qur’an dan Sistem Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional.

Problem Keuangan yang Menyita Waktu dan Pikiran

Beberapa orang masih menganggap bahwa biaya karantina tahfizh tergolong mahal. Padahal banyak alumni mengatakan bahwa fasilitas yang disediakan sesuai dengan biaya karantina tahfizh. Menurut pengakuan alumni yang paling mahal adalah pendampingan menghafal Al-Qur’an antara 10 s/d 13 jam menghafal Al-Qur’an selama satu bulan lebih. Itu yang tak tergantikan dengan uang. 

Kemudian ada juga fasilitas penginapan, laundry, makan 3 kali sehari, ATK, Al-Qur’an Yadain Standar Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional, Sertifikat/syahadah, rihlah, seragam batik, prosesi wisuda dan lain-lain. Biaya tersebut alokasinya bisa dibilang cukup murah selama masih punya uang. Solusinya dengan menabung dan menyiapkan sejak awal atau ikut program beasiswa yang dibayar dengan pengabdian.

Demikianlah hal yang biasa menjadi hambatan konsentrasi menghafal Al-Qur’an yang biasa dialami oleh peserta karantina tahfizh. Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan pertolongan kepada kita untuk senantiasa mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.

Informasi dan pendaftaran karantina tahfizh silakan hubungi 081312700100 atau daftar langsung di https://www.hafalquransebulan.com/informasi-pendaftaran/

Yadi Iryadi, S.Pd.
Dewan Pembina Yayasan Karantina Tahfizh Al-Qur’an Nasional
Founder Metode Yadain Litahfizhil Qur’an

3 Responses

  1. Ade Herlina says:

    Ini masukan yang sedang saya cari,makasih banget ya semoga sehat selalu

  2. salam says:

    masya allah….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *